Thursday, October 27, 2022

Cerpen-Materi Bahasa Indonesia SMA-Kelas XI Ganjil

 Cerpen

Pengertian Cerpen

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, cerita pendek (cerpen) berarti kisah pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal kata dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi (pada suatu ketika). Menurut Edgar Allan Poe, sastrawan kenamaan dari Amerika, cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam.

Ciri-Ciri Cerpen

Cerpen memiliki ciri-ciri yang membedakan dengan karya fiksi lainnya. Berikut ciri-ciri cerpen.

1.     Jalan ceritanya pendek.

2.     Jumlah kata tidak lebih dari 10.000 kata.

3.     Biasanya hanya satu kejadian yang diceritakan.

4.     Tidak menggambarkan semua kisah tokoh-tokohnya.

5.     Latar yang dilukiskan hanya sesaat dan dalam lingkungan yang relatif terbatas.

6.     Kesan cerpen sangat mendalam sehingga pembaca ikut merasakan kisah tersebut.

7.     Tokoh dalam cerpen mengalami masalah atau konflik hingga pada tahap penyelesaian.

Jenis Cerpen

Berdasarkan jumlah kata yang digunakan, cerpen dapat dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.

1.     Cerpen Mini

Cerpen mini adalah cerpen dengan penyajian cerita yang sangat singkat. Cerpen mini biasa disebut dengan short short story. Jumlah kata dalam penulisan cerpen mini antara 500 sampai 1.000 kata.

2.     Cerpen Ideal

Cerpen ideal mempunyai panjang cerita yang sedang, tidak terlalu pendek, tetapi juga tidak terlalu Panjang. Cerpen ideal biasa disebut dengan middle short story. Jumlah kata dalam penulisan cerpen ideal antara 3.000 sampai 4.000 kata.

3.     Cerpen Panjang

Cerpen panjang mempunyai cerita yang cukup panjang. Cerpen panjang biasa disebut dengan long short story. Jumlah kata yang digunakan dalam penulisan cerpen panjang antara 4.000 sampai 10.000 kata.

 Informasi Penting dan Nilai-Nilai dalam Cerpen

Sebagai suatu karya sastra, cerpen mempunyai fungsi rekreatif dan didaktif. Fungsi rekreatif berhubungan dengan cerpen sebagai sarana hiburan bagi pembaca. Sementara itu, fungsi didaktif cerpen berhubungan dengan sarana pembelajaran bagi pembaca.

Sebagai sastra didaktif, cerpen mempunyai nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran pembaca. Nilai-nilai tersebut terkandung di dalam alur cerpen. Nilai tersebut dapat digunakan pembaca untuk melakukan suatu tindakan atau kebaikan dalam kehidupan.

1.     Mengidentifikasi Informasi Penting dalam Cerpen

Cerpen merupakan karya fiksi yang berbentuk narasi. Sebuah teks narasi mempunyai pokok-pokok isi yang membangun cerita. Pokok-pokok isi tersebut dapat ditemukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan isi cerpen. Dalam mendata pokok-pokok isi dalam cerpen dapat digunakan kata-kata tanya berikut.

a.     Apa

Kata tanya apa digunakan untuk menanyakan nama, jenis, ataupun sifat. Pada cerpen kata tanya apa digunakan untuk mengidentifikasi pokok peristiwa yang diceritakan.

b.     Siapa

Kata tanya siapa digunakan untuk menanyakan orang. Pada cerpen kata tanya siapa digunakan untuk mengidentifikasi tokoh yang diceritakan, baik tokoh utama maupun tokoh pembantu.

c.     Kapan

Kata tanya kapan digunakan untuk menanyakan waktu kejadian. Pada cerpen kata tanya kapan digunakan untuk mengidentifikasi latar waktu kejadian yang dialami tokoh.

d.     Di mana

Kata tanya di mana digunakan untuk menanyakan tempat. Pada cerpen kata tanya di mana digunakan untuk mengidentifikasi latar tempat dalam cerita.

e.     Mengapa

Kata tanya mengapa digunkana untuk menanyakan sebab, alasan, ataupun perbuatan. Pada cerpen kata tanya mengapa digunakan untuk mengidentifikasi alasan peristiwa terjadi.

f.      Bagaimana

Kata tanya bagaimana digunakan untuk menanyakan akibat suatu tindakan. Pada cerpen kata tanya bagaimana digunakan untuk mengidentifikasi akibat dari tindakan yang dilakukan tokoh dalam cerita.

2.     Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerpen

Cerpen mengandung nilai-nilai yang dapat ditemukan dalam isi ceritanya. Nilai-nilai tersebut disajikan secara tersirat dalam cerpen. Nilai tersebut dapat diketahui dari tindakan atau perkataan tokoh dalam suatu cerpen. Adapun nilai-nilai dalam cerpen sangat beragam. Berikut beberapa nilai yang dapat diambil dan dianalisis pada suatu cerpen.

a.     Nilai Moral

Nilai berkaitan dengan akhlak, budi pekerti, dan tindakan susila manusia. Nilai moral dapat diketahui dengan membaca cerpen. Nilai moral terdapat pada narasi ataupun dialog yang terkandung dalam cerpen.

b.     Nilai Religius

Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan. Nilai religius dalam suatu cerpen dapat dilihat dari dialog, isi, atau narasi cerita tersebut. Nilai religius dalam cerpen biasanya tergambarkan dalam perbuatan tokoh ataupun ucapan tokoh.

c.     Nilai Budaya

Nilai budaya adalah nilai yang berhubungan dengan konsep masalah dasar yang sangat penting dan bernilai dalam kehidupan manusia, misalnya adat istiadat, kesenian, kepercayaan, dan upacara adat. Nilai budaya biasanya tergambarkan pada peristiwa atau narasi yang terdapat pada cerpen.

d.     Nilai Kepahlawanan

Nilai kepahlawanan adalah nilai-nilai yang berhubungan dengan perjuangan dalam memperjuangkan sesuatu. Nilai ini dapat ditemukan pada cerpen bertema sejarah.

e.     Nilai Sosial

Nilai sosial adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan tata pergaulan individu di dalam masyarakat. Nilai sosial cerpen dapat diketahui dengan membaca isi atau dialog yang terkandung dalam cerpen.

f.      Nilai Politik

Nilai politik adalah nilai yang berhubungan dengan pemerintahan dalam suatu daerah. Nilai politik berhubungan erat dengan latar pada cerpen. Nilai politik biasa ditampilkan sebagai pendukung latar waktu atau latar tempat suatu cerita.

g.     Nilai Pendidikan

Nilai Pendidikan adalah nilai yang menuntun manusia untuk selalu belajar, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari bodoh menjadi pintar. Nilai ini berkaitan dengan pelajaran yang bisa dipetik dari lingkungan formal maunpun nonformal.

h.     Nilai Etika

Nilai etika adalah nilai yang berkaitan dengan aturan sopan santu antar sesama manusia. Misalnya, antara anak dengan orang tua, adik dengan kakak, atau sopan santun dengan orang lain. Nilai ini masih ada hubungannya dengan nilai moral. Nilai etika juga sering mewarnai rangkaian cerita sebuah cerpen.

i.      Nilai Estetika

Nilai estetika adalah nilai yang berkaitan dengan segi keindahan, baik itu keindahan bahasa, keistimewaan tokoh, penyampaian cerita, dan latar cerita. Para penulis cerpen sering memainkan unsur estetika dalam cerpen yang ia tulis agar tampak lebih indah.

j.      Nilai Ekonomi

Nilai-nilai dalam cerpen selanjutnya adalah nilai ekonomi, yaitu nilai yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan manusia, baik itu dari segi produksi, konsumsi, maupun distribusi. Kadang-kadang, penulis cerpen memasukkan juga nilai-nilai ekonomi dalam cerpen yang ia tulis untuk memperkaya rangkaian cerita.

k.     Nilai Psikologi

Nilai psikologi adalah nilai yang berhubungan dengan perasaan atau kejiawaan manusia, seperti bahagia, sedih, terharu, marah, dan lain sebagainya. Nilai ini sering melekat pada tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita. Setiap cerpen pasti mengandung nilai psikologi, sebab menjadi salah satu unsur watak penokohan dalam sebuah cerpen.

l.      Nilai Historis

Nilai-nilai dalam cerpen selanjutnya adalah nilai historis, yaitu nilai yang berkaitan dengan jalannya sejarah, atau nilai yang ada kaitannya dengan peristiwa masa lalu. 

Unsur, Struktur, dan Kebahasaan Cerpen

Cerpen merupakan salah satu jenis teks narasi. Cerpen juga mempunyai unsur pembangun. Unsur pembangun cerpen dapat dibagi menjadi dua, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Selain unsur pembangun, cerpen juga mempunyai struktur khusus. Struktur cerpen terdiri atas pengenalan situasi cerita, pengungkapan peristiwa, menuju konflik, puncak konflik, dan penyelesaian. Sebagai teks fiksi, cerpen juga tidak dapat dilepaskan dengan unsur kebahasaan yang lekat dengannya. Unsur kebahasaan dalam sebuah cerpen antara lain penggunaan keterangan waktu, verba aksi, dan dialog.

1.     Unsur Pembangun Cerpen

Cerpen merupakan salah satu jenis teks narasi. Seperti teks lainnya, cerpen juga mempunyai unsur pembangun. Unsur pembangun cerpen dapat dibagi menjadi dua, yakni unsur intrinsik dan ekstrinsik.

a.     Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang secara langsung membangun cerita dan dijumpai jika membaca sebuah cerpen. Adanya unsur intrinsik menyebabkan karya sastra memiliki wujud dengan kepaduan antarberbagai unsur di dalamnya.

1)    Tema

Tema adalah gagasan utama yang menjiawai keseluruhan cerita. Tema dalam cerpen biasanya dituliskan secara tersirat atau tidak langsung. Adanya tema dalam unsur pembangun cerpen dijadikan ide atau tujuan utama cerita. Oleh karena itu, tema bersifat menjiawai seluruh bagian cerita dalam cerpen. Tema dari sebuah cerpen dapat ditemukan dengan cara menyimpulkan keseluruhan cerita. Biasanya, tema yang digunakan dalam penulisan cerpen menyangkut persoalan kehidupan seperti masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, maupun persahabatan.

2)    Alur atau Plot

Alur atau plot adalah jalan cerita yang mempunyai hubungan sebab-akibat dalam setiap rangkaian peristiwa. Peristiwa demi peristiwa yang terdapat dalam cerita haruslah diolah secara kreatif, sehingga menghasilkan sesuatu yang indah dan menarik, khususnya dalam kaitannya dengan karya fiksi yang bersangkutan secara keseluruhan. Berdasarkan waktunya alur dibedakan menjadi tiga, yaitu alur maju, alur mundur, dan alur campuran.

a)     Alur Maju

Alur maju atau alur progresif yaitu rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan waktu kejadian atau waktu bergerak ke depan.

b)    Alur Mundur

Alur mundur atau sorot balik yaitu rangkaian peristiwa yang urutannya tidak sesuai dengan urutan kejadian waktu atau cerita bergerak mundur.

c)     Alur Campuran

Alur campuran atau maju mundur yaitu rangkaian peristiwa yang urutannya merupakan campuran antara alur maju dan mundur.

3)    Latar

Latar merupakan pijakan dalam sebuah cerpen. Latar dalam sebuah cerpen dapat dibagi menjadi empat, yaitu latar tempat, waktu, suasana, dan lingkungan sosial budaya. Keempat unsur tersebut saling berkaitan dan akan berpengaruh pada satu unsur dan unsur lainnya.

a)     Latar tempat

Latar tempat adalah lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah cerpen. Tempat yang dituliskan pada cerpen dapat merupakan tempat faktual ataupun tempat imajiner. Latar tempat kejadian dapat dituliskan secara langsung ataupun tersirat oleh penulis. Penggambaran tempat yang menarik menambah kesan pembaca pada sebuah cerpen.

b)    Latar waktu

Latar waktu adalah latar yang berhubungan dengan masalah kapan peristiwa yang diceritakan terjadi. Latar waktu yang digunakan dalam suatu cerpen dapat berupa waktu lampau, sekarang, ataupun masa depan. Penggunaan latar waktu yang imajiner tersebut berkaitan dengan cerpen sebagai karangan fiksi yang membebaskan pengarang untuk mengembangkan ceritanya.

c)     Latar suasana

Latar suasana digunakan untuk menggambarkan suasana kejadian pada cerpen. Latar suasana dapat diketahui dengan menganalisis konteks cerita, seperti tindakan tokoh, dialog tokoh, dan konflik yang dialami tokoh dalam cerita. Suasana yang dibentuk dalam sebuah cerpen akan menghidupkan jalinan cerita sehingga pembaca ikut merasakan konflik dan permasalahan yang dialami oleh tokoh dalam cerpen tersebut.

d)    Latar sosial budaya

Latar sosial budaya mengarah pada unsur-unsur yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial mencakup kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan bersikap. Latar sosial budaya juga berkaitan dengan peristiwa sejarah yang pernah terjadi di dalam masyarakat pada masa lampau.

4)    Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah orang atau pelaku dalam cerita. Tokoh diartikan oleh pembaca memiliki watak dan karakter yang menunjuk pada kualitas pribadinya. Tanpa tokoh, alur cerita tidak akan pernah sampai pada bagian akhir cerita.

Penokohan adalah pelukisan gambaran jelas tentang seseorang dalam sebuah cerita. Dalam sebuah cerpen, tokoh yang ditampilkan berupa tokoh fiksi. Tokoh tersebut diceritakan dalam satu situasi saja. Berdasarkan perawatakannya, tokoh dalam cerpen dapat dibagi menjadi dua yaitu tokoh protagonist dan antagonis.

a)     Tokoh protagonis

Tokoh protagonis adalah tokoh yang mempunyai watak baik. Tokoh protagonis merupakan tokoh yang taat norma-norma dan nilai-nilai ideal dalam kehidupan. Biasanya, tokoh protagonis berperan sebagai tokoh utama dalam sebuah cerpen.

b)    Tokoh antagonis

Tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan konflik dan sering disebut tokoh jahat. Biasanya, tokoh antagonis adalah tokoh yang mempunyai pandangan atau pemikiran yang berbeda dengan tokoh utama. Setiap tokoh dalam cerpen mempunyai watak. Dalam mengungkapkan watak tokoh perlu adanya Teknik yang digunakan. Teknik tersebut yaitu teknik analitik dan teknik dramatik.

(1)  Teknik analitik

Teknik analitik juga biasa disebut teknik ekspositori. Dalam teknik ini, pelukisan tokoh dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Tokoh dalam cerpen dideskripsikan secara langsung. Deskripsi tokoh yang biasa ditampilkan penulis antara lain sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan ciri fisiknya.

(2)  Teknik dramatik

Teknik dramatik merupakan pengenalan tokoh yang mirip dengan pengenalan tokoh pada pentas drama. Pengenalan tokoh dilakukan secara tidak langsung. Artinya, pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat ataupun watak tokoh. Baik sifat maupun watak tokoh ditunjukkan melalui berbagai macam aktivitas yang dilakukan tokoh, baik verbal maupun tingkah laku. Jadi, pembaca perlu menganalisis terlebih dahulu untuk memahami sifat dan watak tokoh.

5)    Sudut Pandang

Sudut pandang adalah cara atau pandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Sudut pandang cerita fiksi secara garis besar dapat dibedakan menjadi sudut pandang orang pertama, sudut pandang orang ketiga, dan sudut pandang campuran.

a)     Sudut pandang orang pertama

Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang orang pertama, narrator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si “aku”, tokoh yang berkisah, dan mengisahkan kesadaran diri sendiri.

b)    Sudut pandang orang ketiga

Pengisahan cerita pada umumnya mempergunakan sudut pandang orang ketiga. Narrator adalah seseorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama diri atau kata ganti orang ketiga. Kata ganti tersebut, misalnya Seno, Miguel, ia, dia, dan mereka.

c)     Sudut pandang campuran

Dalam pengisahan cerita, pengarang menggabungkan penggunaan sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang orang ketiga membutuhkan kreativitas penulis.

6)    Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca. Pesan tersebut dapat disampaikan baik secara langsung (eksplisit) maupun tersirat (implisit). Amanat tersebut dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi pembaca. Amanat dalam cerpen biasanya berhubungan dengan akhlak, budi pekerti, dan susila.

b.     Unsur Ekstrinsik

Selain unsur intrinsik, cerpen juga disusun oleh unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik merupakan unsur yang ada di luar cerpen. Unsur ekstrinsik secara tidak langsung memengaruhi latar belakang penulisan suatu cerpen.

1)    Bahasa

Bahasa merupakan sarana yang digunakan dalam karya sastra. Bahasa yang digunakan dalam sebuah karya sastra dipengaruhi oleh bahasa pengarang. Unsur bahasa daerah dimungkinkan masuk ke karya sastra tersebut. Bahasa pengarang memengaruhi kemenarikan jalan cerita dalam suatu cerpen. Setiap pengarang mempunyai ciri berbahasa yang berbeda-beda.

2)    Latar belakang pengarang

Latar belakang pengarang membentuk ide cerita dan tema dalam cerpen yang dihasilkannya. Latar belakang pengarang dapat dipahami melalui sejarah hidup pengarang dan karya-karya yang dihasilkan sebelumnya. Latar belakang pengarang terdiri atas biografi pengarang, kondisi psikologis, latar belakang pendidikan, daerah asal, dan paham sastra yang dianut pengarang.

3)    Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra

Sebuah cerpen mengandung nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam ceritanya. Nilai-nilai tersebut menggambarkan norma, tradisi, aturan, ataupun kepercayaan yang berada di tengah masyarakat. Nilai-nilai kehidupan dalam suatu cerpen beraneka ragam. Nilai-nilai kehidupan dalam suatu cerpen, antara lain nilai moral, nilai religius, nilai sosial, nilai budaya, dan nilai politik.

2.     Struktur Cerpen

Struktur cerpen merupakan rangkaian kisahan yang membentuk jalinan cerita. Struktur cerpen disusun secara kronologis. Menurut E. Kosasih dalam buku Apresiasi Sastra Indonesia, secara umum struktur cerpen terdiri atas pengenalan situasi cerita, pengungkapan cerita, tahapan menuju konflik, klimaks, dan penyelesaian.

a)     Pengenalan situasi cerita (exposition)

Bagian ini merupakan bagian awal dalam cerpen. Dalam bagian ini, pengarang mulai memperkenalkan para tokoh serta menata adegan dan masalah antartokoh.

b)    Pengungkapan peristiwa (complication)

Bagian ini merupakan tanggapan munculnya permasalahan. Dalam bagian ini disajikan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah, pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran bagi tokohnya.

c)     Menuju pada adanya konflik (rising action)

Pada bagian ini terjadinya peningkatan kegembiraan, kehebohan, atau keterlibatan berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh.

d)    Puncak konflik (turning point)

Bagian ini juga disebut klimaks yang merupakan bagian cerita paling besar dan mendebarkan. Selain itu, pada bagian ini ditentukan perubahan nasib beberapa tokohnya, misalnya berhasil atau tidaknya tokoh dalam menyelesaikan masalahnya.

e)     Penyelesaian (ending atau coda)

Bagian ini merupakan bagian akhir dari sebuah cerpen. Bagian ini berisi penjelasan sikap atau nasib yang diambil tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu. Namun, ada cerpen yang akhir ceritanya menggantung tanpa ada penyelesaian.

Kebahasaan Cerpen

Berikut beberapa kaidah kebahasaan dalam cerpen.

a.     Menggunakan Keterangan Waktu

Keterangan adalah fungsi kalimat yang mudah berpindah posisi. Keterangan berfungsi memberikan informasi tambahan dalam suatu kalimat. Keterangan dapat terletak di bagian awal, tengah, dan akhir kalimat, kecuali antara predikat dan objek. Salah satu jenis keterangan adalah keterangan waktu. Keterangan waktu digunakan untuk menunjukkan latar waktu yang dipakai dalam sebuah cerpen. Keterangan waktu ditandai penggunaan kata hubung setelah, sebelum, sesudah, dan selama.

b.     Menggunakan Verba Aksi

Verba aksi adalah verba yang menyatakan perbuatan. Perbuatan dalam verba aksi menjelaskan sesuatu yang dilakukan oleh subjek. Biasanya, verba aksi digunakan sebagai predikat kalimat.

Contoh:

Sudarma membuka halaman lain secara sembarang. Di halaman itu tertulis, dirinya sewaktu SD pernah meminjamkan uang untuk temannya yang tidak membawa bekal.

Dalam kutipan cerpen tersebut dapat ditemui penggunaan verba aksi. Kata membuka, meminjamkan, dan membawa pada kutipan cerpen tersebut merupakan kata kerja aksi. Kata tersebut menjelaskan aktivitas yang dilakukan oleh tokoh. Verba digunakan sebagai predikat dalam kalimat. Ciri verba aksi adalah menjelaskan aktivitas yang dilakukan subjek.                             

c.     Menggunakan Dialog

Cerpen merupakan karya fiksi. Pada karya sastra fiksi sering dijumpai penggunaan dialog. Dialog digunakan agar cerita lebih menarik. Dialog dapat digunakan sebagai penyambung alur cerita agar runtut. Dialog dituliskan dalam satu kalimat langsung. Kalimat langsung diapit tanda petik (“…”) dalam penulisannya.

Contoh:

“Aku pernah mengenal seseorang yang mirip kau.”

Pita menoleh. Tanpa disadarinya, ternyata lelaki itu telah berdiri di dekatnya.

“Sekarang aku hanya bisa mengenangnya.”

Pita membisu, tetapi dadanya bergemuruh.

“Maaf, aku telah mengganggu pekerjaanmu. Agar kau tak terganggu, aku akan menunggu hingga kau menyelesaikan pekerjaanmu. Setelah itu, berilah aku kesempatan untuk bicara.”

Cerita dalam kutipan cerpen tersebut disajika dalam bentuk dialog. Dialog tokoh dalam kutipan cerpen tersebut disajikan dalam kalimat langsung. Penggunaan dialog pada kutipan cerpen tersebut akan mempermudah pembaca untuk mengetahui isi cerpen. Selain itu, dialog tersebut memuat cerpen enak dibaca dan tidak membosankan.

Penyajian Cerpen

Cerpen merupakan cerita imajiner. Artinya, dalam penyusunannya diperlukan imajinasi penulis. Oleh karena itu, dibutuhkan pengetahuan yang luas dari penulis agar cerpen yang dihasilkan menjadi menarik dan bagus. Selain menarik, cerpen yang baik harus terhindar dari kesalahan ketik. Oleh karena itu, sebelum dipublikasikan, cerpen harus melalui proses penyuntingan.

1.    Menyusun Cerpen

Cerpen merupakan karya fiktif yang dapat dikembangkan berdasarkan kejadian yang sering terjadi di dalam kehidupan manusia. Kejadian tersebut dibuat menjadi cerita yang menarik. Cerita yang menarik dapat dibuat dengan menambahkan konflik dan permasalahan yang dialami tokoh dalam cerpen. Dalam membuat cerpen diperlukan adanya langkah-langkah yang sistematis. Langkah-langkah dalam menyusun cerpen adalah sebagai berikut.

a.     Menentukan Tema

Tema merupakan pokok pikiran dalam penulisan sebuah cerpen. Tema dikembangkan sedemikian rupa menjadi cerita yang menarik. Tema dapat dikembangkan dalam alur cerpen. Tema yang diangkat dalam sebuah cerpen beraneka ragam. Tema-tema tersebut, antara lain keluarga, persahabatan, berbagai macam permasalahan kehidupan, cinta, hingga tema-tema absurd yang jarang dipikirkan manusia.

b.     Menentukan Pusat Pengisahan

Pusat pengisahan juga disebut dengan sudut pandang. Sudut pandang merupakan cara penulis menempatkan diri dalam cerita. Dalam sebuah cerpen, penulis dapat menempatkan diri sebagai tokoh utama. Selain itu, penulis dapat menempatkan dirinya sebagai pengamat ataupun pelaku sampingan.

Adapun sudut pandang yang biasa dipakai dalam sebuah cerpen adalah sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Pada sudut pandang orang pertama, penulis menggunakan kata ganti aku dan saya. Penulis dapat berperan sebgai tokoh utama ataupun tokoh sampingan. Di sisi lain, sudut pandang orang ketiga memungkinkan penulis untuk mengetahui jalan hidup pelaku utama (serbatahu). Biasanya, penulis akan menggunakan kata ganti dia, ia, atau nama orang sebagai tokoh utama.

c.     Menentukan Penokohan

Perwatakan berkaitan dengan sifat-sifat tokoh yang digambarkan dalam cerita oleh pengarang. Penggambaran tokoh-tokoh dalam suatu cerita dapat menggunakan metode analistik dan dramatik.

d.     Menentukan Latar dan Setting

Latar merupakan salah satu aspek penting dalam cerpen. Latar merupakan rujukan keterangan tempat, waktu, dan suasana. Pemilihan latar yang tepat menjadi salah satu kunci cerpen yang baik. Latar yang tepat harus disesuaikan dengan tema dan kejadian yang dialami tokoh.

e.     Menyajikan Cerpen dengan Alur yang Menarik

Dalam menyajikan suatu cerpen perlu memperhatikan alur yang akan digunakan, baik alur maju, mundur, atau campuran. Selain itu, juga diperhatikan struktur yang ada pada cerpen.

2.     Menyunting Cerpen

Menyunting merupakan kegiatan menyiapkan naskah dengan memperhatikan sistematika penyajian, isi, dan bahasa. Menyunting berkaitan dengan ejaan, diksi, dan struktur kalimat. Menyunting memungkinkan cerpen yang dibuat menjadi lebih baik dan sempurna. Menyunting cerpen memerlukan langkah-langkah sebagai berikut.

a.     Membaca naskah cerpen secara keseluruhan.

b.     Mencermati kesalahan penggunaan ejaan, kesalahan penulisan, ataupun tanda baca.

c.     Memperbaiki kesalahan yang ditemukan dalam naskah cerpen yang dibaca.

 







Saturday, October 22, 2022

Teks Hikayat-Materi Bahasa Indonesia SMA-Kelas X Ganjil

 

Teks Hikayat

Definisi Hikayat

Secara etimologis, istilah hikayat berasal dari bahasa Arab, yaitu haka yang artinya menceritakan atau bercerita. Menurut KBBI, hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah berbentuk rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat itu. Hikayat adalah karya sastra lama berbentuk prosa yang mengisahkan kehidupan keluarga istana atau kaum bangsawan, orang-orang ternama, orang suci di sekitar istana dengan segala kesaktian, keanehan, dan mukjizat tokoh utamanya. Hikayat kadang mirip cerita sejarah atau berbentuk riwayat hidup yang di dalamnya terdapat peristiwa atau kejadian yang tidak masuk akal dan penuh keajaiban. Berdasarkan uraian tersebut, hikayat berfungsi sebagai media hiburan, pembangkit semangat, atau untuk meramaikan pesta.

Hikayat merupakan karangan berbentuk narasi. Narasi adalah wacana yang menceritakan peristiwa dalam kurun waktu tertentu. Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Struktur hikayat hampir sama dengan struktur prosa lain, misalnya cerpen. Struktur cerita hikayat terdiri atas unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangung karya sastra dari dalam, seperti tema, tokoh, dan penokohan, alur, latar, serta pusat pengisahan atau sudut pandang. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun sebuah karya sastra dari luar, misalnya biografi pengarang, situasi dan kondisi, serta nilai-nilai dalam cerita.

Ciri-Ciri atau Karakteristik Hikayat

Secara umum, hikayat memiliki karakter atau ciri-ciri sebagai berikut.

1.     Anonim, hikayat tidak menyebutkan nama pengarang secara jelas.

2.  Istana sentris, hikayat menceritakan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan istana atau kerajaan.

3.     Bersifat statis, cerita dalam hikayat bersifat tetap dan tidak banyak berubah.

4.     Bersifat komunal, hikayat menjadi milik masyarakat umum.

5.     Menggunakan bahasa klise, hikayat menggunakan bahasa yang diulang-ulang.

6.  Bersifat tradisional, hikayat bersifat meneruskan budaya, tradisi, dan kebiasaan yang dianggap baik.

7.     Bersifat didaktis, hikayat bersifat baik untuk pendidikan moral maupun religius.

8.     Menceritakan kisah universal manusia, hikayat menceritakan peperangan antara yang baik dan yang buruk, dimenangkan oleh yang baik.

9.     Terdapat kemustahilan di dalam ceritanya.

10.  Menceritakan kesaktian seorang tokoh.

Jenis-Jenis Hikayat

Berdasarkan fase historis, hikayat dalam sastra Melayu lama dapat dibedakan dalam tiga jenis sebagai berikut.

1.     Hikayat berunsur Hindu

Hikayat yang berunsur Hindu berinduk pada Hikayat Sri Rama dan Mahabbhrata, lalu berkembang hikayat lain seperti Hikayat Pandawa Lima dan Hikayat Sri Rama.

2.     Hikayat berunsur Hindu-Islam

Hikayat berunsur Hindu dan Islam adalah hikayat yang berasal dari tradisi Hindu, lalu dimasukkan unsur-unsur Islam.

Contoh: Hikayat Jaya Lengkara, Hikayat Si Miskin, dan Hikayat Inderaputera

3.     Hikayat berunsur Islam

Hikayat berunsur Islam adalah hikayat yang berasal dari tradisi sastra Arab-Persia.

Contoh: Hikayat 1001 Malam dan Hikayat Qamar al-Zaman

Berdasarkan isi, hikayat dapat digolongkan ke dalam tiga jenis sebagai berikut.

1.     Jenis rekaan

Contoh: Hikayat Malim Deman

2.     Jenis sejarah

Contoh: Hikayat Hang Tuah, Hikayat Pattani, dan Hikayat Raja-Raja Pasai

3.     Jenis biografi

Contoh: Hikayat Abdullah dan Hikayat Sultan Ibrahim bin Adam

Contoh: Hikayat Abdullah dan Hikayat Sultan Ibrahim bin Adam

Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Hikayat

Selain berfungsi sebagai hiburan, cerita dalam hikayat berfungsi sebagai pesan moral dan nilai-nilai dalam masyarakat pada masa itu. Nilai-nilai dalam hikayat disebut juga nilai ekstrinsik. Nilai-nilai tersebut sebagai berikut.

1.     Nilai Religi (Agama)

Nilai agama adalah nilai yang berkaitan dengan ajaran agama. Nilai religi ditandai dengan penyebutan nama Tuhan, makhluk gaib, dosa, pahala, surga, dan neraka.

2.     Nilai Moral

Nilai moral adalah nasihat-nasihat yang berkaitan dengan budi pekerti, perilaku, atau tata susila yang dapat diperoleh pembaca dari cerita yang dibaca atau dinikmatinya.

3.     Nilai Sosial

Nilai sosial adalah nasihat-nasihat yang berkaitan dengan kemasyarakatan. Nilai sosial berkaitan dengan nilai kepatutan dan kepantasan dalam kehidupan sehari-hari.

4.     Nilai Budaya

Nilai budaya adalah nilai yang diambil dari budaya-budaya yang berkembang secara turun-temurun di dalam masyarakat.

5.     Nilai Estetika

Nilai estetika berkaitan dengan nilai keindahan dan seni.

6.     Nilai Edukasi

Nilai edukasi adalah nilai yang berkaitan dengan pendidikan.

Isi yang Terkandung dalam Hikayat

Struktur cerita hikayat terdiri atas unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam, seperti tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, serta pusat pengisahan atau sudut pandang. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun sebuah karya sastra dari luar, misalnya biografi pengarang, situasi dan kondisi, serta nilai-nilai dalam cerita.

1.     Unsur Intrinsik

a.     Tema

Jika dilihat dari isinya, tema hikayat sebagian besar menyangkut kepercayaan, agama, pendidikan, pandangan hidup, adat istiadat, percintaan, dan sosial. Tema-tema ini muncul karena hikayat sebagai karya seni atau sastra merupakan cerminan masyarakat pada waktu itu dan dapat digunakan sebagai media untuk mendidik, mengemukakan fakta, dan mengkritik penguasa.

b.     Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah pelaku dalam karya sastra. Dalam karya sastra biasanya ada beberapa tokoh, tetapi biasanya hanya ada satu tokoh utama. Tokoh utama adalah tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya sastra. Dua jenis tokoh adalah tokoh datar (flat character) dan tokoh bulat (round character).

Tokoh datar adalah tokoh yang hanya menunjukkan satu segi, misalnya baik saja atau buruk saja. Sejak awal sampai akhir cerita tokoh yang jahat akan tetap jahat. Tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya. Jadi, ada perkembangan yang terjadi dalam tokoh ini. Dalam karya sastra dikenal pula tokoh protagonis dan antagonis. Protagonis ialah tokoh yang disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya. Antagonis ialah tokoh yang tidak disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya.

Penokohan dalam hikayat erat kaitannya dengan alur dan peristiwa-peristiwa. Dalam teks terdapat beberapa peristiwa pertentangan antara tokoh utama bersifat baik dan tokoh utama bersifat jahat. Biasanya tokoh utama bersifat baik akan mendapat kemenangan. Tokoh utama bersifat jahat dapat dikalahkan. Pada umumnya tokoh utama berada di pihak benar. Dengan kehebatan dan kesaktiannya, tokoh utama bersifat baik unggul dalam suatu pertempuran atau perkelahian.

Penokohan atau perwatakan adalah cara pengarang menggambarkan atau melukiskan tokoh dalam cerita yang ditulisnya. Dalam penokohan, watak atau karakter seorang tokoh dapat dilihat dari tiga segi, yaitu dialog tokoh, penjelasan tokoh, dan penggambaran fisik.

Beberapa cara yang dapat digunakan pengarang untuk menggambarkan rupa, watak tokoh, atau pelaku sebagai berikut.

1)    Pengarang melukiskan bentuk fisik pelaku.

2)   Pengarang melukiskan jalan pikiran pelaku atau apa yang terlintas dalam pikirannya.

3)    Pengarang melukiskan reaksi pelaku terhadap kejadian-kejadian yang dialaminya.

4)    Pengarang secara langsung menganalisis watak pelaku.

5)    Pengarang melukiskan keadaan sekitar pelaku.

6) Pengarang melukiskan pandangan-pandangan pelaku lain dalam cerita terhadap pelaku utama.

7) Para pelaku lain dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan pelaku utama sehingga secara tidak langsung pembaca dapat menangkap kesan segala sesuatu tentang pelaku.

c.     Alur atau Plot

Alur merupakan rangkaian peristiwa yang membentuk sebuah cerita, persitiwa-peristiwa tersebut saling berhubungan secara runtut sehingga terjalin suatu cerita bulat. Berikut adalah macam-macam alur dalam hikayat.

1)    Alur Maju atau Progresif

Alur maju atau progresif adalah alur yang menceritakan peristiwa-peristiwa dalam hikayat secara kronologis atau urut dari awal sampai akhir.

2)    Alur Sorot Balik atau Regresif

Alur sorot balik adalah alur yang menceritakan peristiwa-peristiwa dalam hikayat secara terbalik. Cerita tidak dimulai dari tahap pengantar. Cerita dapat dimulai dari tahap penampilan masalah, puncak ketegangan, atau penyelesaian. Alur sorot balik disebut juga alur flash back.

3)    Alur Gabungan

Alur gabungan merupakan perpaduan dari alur maju dan sorot balik. Alur yang terdapat dalam hikayat biasanya alur maju. cerita yang terdapat dalam teks hikayat biasanya menceritakan kehidupan seorang tokoh atau raja dari lahir hingga meninggal. Hikayat menceritakan lika-liku perjuangan hidup raja atau tokoh tersebut sehingga alur yang digunakan biasanya alur maju. Namun, tidak menutup kemungkinan dalam hikayat juga terdapat alur mundur dan gabungan.

d.     Latar (Setting)

Latar merupakan gambaran tempat, waktu, dan keadaan sosial terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar dalam hikayat tidak dapat dilepaskan dari lingkungan pengarang pada waktu itu.

1)  Latar tempat adalah lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah hikayat. Unsur tempat yang digunakan dapat berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisal tertentu mungkin juga lokasi tertentu tanpa nama.

2)    Latar waktu adalah latar yang berhubungan dengan masalah “kapan” peristiwa yang diceritakan dalam hikayat.

3)  Latar sosial adalah latar yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam hikayat, seperti pekerjaan atau status sosial.

4)    Latar budaya adalah latar yang berhubungan dengan kehidupan budaya masyarakat suatu tempat yang diceritakan dalam hikayat.

e.     Amanat

Amanat merupakan pesan moral yang terdapat dalam hikayat.

f.      Sudut Pandang

Sudut pandang atau point of view merupakan cara pandang yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita. Bentuk sudut pandang tokoh cerita yaitu sudut pandang orang ketiga dan pertama.

1)    Sudut pandang orang ketiga

Pengisahan cerita pada umumnya mempergunakan sudut pandang orang ketiga atau narator. Narator adalah seseorang yang berada di luar cerita. Narator menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebutkan nama diri atau kata ganti orang ketiga. Kata ganti orang ketiga tersebut, misalnya Delia, Rahmat, ia, dia, dan mereka.

2)    Sudut pandang orang pertama

Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandnag orang pertama, narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si “aku”, tokoh yang berkisah, atau mengisahkan kesadaran diri sendiri.

3)    Sudut pandang campuran

Dalam pengisahan cerita, pengarang menggabungkan penggunaan sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga.

Dalam hikayat, sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga serbatahu. Sebagai narator, seorang penulis hikayat seolah-olah mengetahui peristiwa atau kejadian dalam cerita yang disampaikan.

2.     Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik merupakan unsur yang membangun cerita di luar sastra. Unsur-unsur ekstrinsik, misalnya religi (agama), adat istiadat, latar belakang sosial budaya, dan silsilah atau garis keturunan.

Isi pokok cerita hikayat dapat dicari dengan menentukan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsiknya. Selain itu, isi pokok hikayat dapat dicari dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan denga nisi hikayat dengan teknik 5W+1H.

Ringkasan Isi Hikayat

Meringkas adalah menyajikan suatu karangan dalam bentuk lebih singkat. Saat meringkas, kita harus dapat menentukan ide pokok atau gagasan umum suatu karangan panjang. Ide pokok atau gagasan umum tersebut disusun dalam sebuah tulisan singkat. Meringkas bertujuan agar pembaca mudah memahami isi suatu karangan panjang. Ringkasan hikayat dapat disusun dengan menentukan unsur intrinsik dan ekstrinsik untuk menentukan pokok-pokok isi hikayat.

Selain dengan menentukan pokok-pokok isi hikayat, sinopsis atau ringkasan hikayat dapat disusun dengan langkah-langkah berikut.

1.     Membaca keseluruhan hikayat dengan saksama.

2.     Mencatat gagasan utama dengan menggarisbawahi gagasan-gagasan penting.

3.  Menulis ringkasan berdasarkan gagasan-gagasan utama yang telah dicatat pada langkah kedua. Gunakan kalimat padat, efektif, dan menarik untuk merangkai jalan cerita menjadi sebuah karangan singkat yang menggambarkan karangan asli.

4.     Dialog dan monolog tokoh cukup ditulis isi atau dicari garis besarnya.

5.     Sinopsis hikayat tidak boleh menyimpang dari jalan cerita dan isi keseluruhan hikayat.

Ada beberapa ketentuan dalam membuat sinopsis.

1.     Gunakan kalimat tunggal dalam membuat sinopsis. Hindari penggunaan kalimat majemuk.

2.     Ringkaslah kalimat menjadi frasa. Kemudian, frasa menjadi kata.

3. Jumlah paragraf tergantung dari besarnya ringkasan serta jumlah topik utama yang dimasukkan dalam sinopsis. Paragraf tersebut mengandung ilustrasi, contoh, dan deskripsi. Semua paragraph tersebut dapat dipertahankan karena dianggap penting.

4.     Pertahankan semua ide cerita asli. Susunlah ide cerita itu secara urut.

5.   Sinopsis yang mengandung dialog harus diringkas dalam bentuk kalimat tidak langsung. Biasanya didahului pernyataan seperti “Ia mengatakan bahwa ….”.

Penyampaian Isi Hikayat

Penyampaian isi hikayat dapat dilakukan secara tertulis atau lisan. Penyampaian hikayat secara tertulis dapat berbentuk ringkasan isi hikayat seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Penyampaian isi hikayat

Karakteristik Kebahasaan dalam Hikayat

1.     Penggunaan Majas

Majas atau gaya bahasa adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya sesuatu dengan yang lain; kiasan. Di dalam hikayat dapat ditemukan berbagai macam majas. Majas yang dapat ditemukan dalam hikayat sebagai berikut.

a.     Majas perbandingan

1)    Alegori

Alegori adalah perbandingan suatu keadaan atau peristiwa dengan beberapa kiasan yang membentuk satu kesatuan.

2)    Asosiasi

Asosiasi adalah perbandingan terhadap suatu benda, kondisi, atau peristiwa sehingga muncul gambaran atau aosiasi terhadap keadaan yang sebenarnya.

3)    Eufemisme

Eufemisme adalah pengungkapan secara halus untuk peristiwa-peristiwa yang tabu atau pantang.

4)    Hiperbola

Hiperbola adalah pengungkapan yang berlebihan atau membesar-besarkan.

5)    Litotes

Litotes adalah pengungkapan yang berkebalikan dengan keadaan yang sebenarnya untuk merendahkan diri.

6)    Metafora

Metafora adalah perbandingan langsung suatu benda dengan benda lain yang memiliki kesamaan sifat.

7)    Personifikasi

Personifikasi adalah penyifatan benda-benda mati dengan sifat-sifat atau perilaku manusia.

8)    Simbolik

Simbolik adalah kiasan yang melukiskan sesuatu dengan simbol atau perlambang.

9)    Simile

Simile adalah perbandingan dengan kata-kata pembanding.

10) Sinekdoke pars prototo

Sinekdoke pars prototo adalah penyebutan sebagian untuk seluruh.

11) Sinekdoke totem proparte

Sinekdoke totem proparte adalah penyebutan seluruh untuk Sebagian.

b.     Majas sindiran

1)    Ironi

Ironi adalah sindiran dengan menggunakan kebalikan dari keadaan yang sebenarnya.

2)    Sinisme

Sinisme adalah gaya bahasa sindiran dengan menggunakan kata-kata sebaliknya seperti ironi, tetapi kasar.

c.     Majas penegasan

1)    Klimaks

Klimaks adalah pengungkapan yang semakin naik atau menghebat.

2)    Antiklimaks

Antiklimaks adalah pengungkapan yang semakin turun atau melemah.

3)    Repetisi

Repetisi adalah pengulangan kata-kata dalam kalimat untuk menegaskan maksud.

4)    Tautologi

Tautologi adalah penegasan maksud dengan kata-kata yang sama atau senada artinya.

d.     Majas pertentangan

1)    Paradoks

Paradoks adalah pengungkapan yang seolah-olah bertentangan.

2)    Antitesis

Antitesis adalah majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kepaduan kata yang berlawanan arti.

 

2.     Penggunaan Kata-Kata Arkais

Hikayat sebagai salah satu yang berbicara tentang nilai-nilai kehidupan dan keindahan menggunakan bahasa sebagai sarana pengungkapannya. Di dalam hikayat gaya bahasa yang digunakan bersifat statis. Gaya bahasa dalam hikayat biasanya menggunakan ungkapan arkais (berhubungan dengan masa lalu, berciri kuno, tua) seperti syahdan, hatta, alkisah, dan sebermula.

Penggunaan ungkapan atau kata-kata arkais dalam hikayat juga tampak dalam penggunaan kata ganti pronomina. Kata ganti pronomina dalam hikayaat mengandung unsur pembeda sosial. Kata ganti pronomina tersebut di antaranya tuan, si, hamba, saudara, Ki, kekasih, dan hambaku laksamana.


Perbedaan Nilai-Nilai dan Kebahasaan dalam Hikayat dan Cerpen

Hikayat dan cerita pendek merupakan wujud karya sastra. Dari kedua jenis karya sastra tersebut ada banyak pelajaran yang dapat Anda peroleh, di antaranya pesan moral, nilai sosial budaya, dan nilai-nilai bersifat mendidik. Sebagai suatu karya berbentuk prosa, hikayat dan cerpen memiliki persamaan dan perbedaan. Kedua karya sastra tersebut dapat dibandingkan melalui unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsiknya.


Teks Argumentasi-Materi Bahasa Indonesia SMA-Kelas XI Ganjil

   Teks Argumentasi Pengertian Teks Argumentasi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), argumentasi merupakan alasan untuk memperkuat ata...