Cerpen
Pengertian Cerpen
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, cerita pendek (cerpen) berarti kisah
pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal kata dominan dan
memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi (pada suatu ketika). Menurut
Edgar Allan Poe, sastrawan kenamaan dari Amerika, cerpen adalah sebuah cerita
yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah
sampai dua jam.
Ciri-Ciri Cerpen
Cerpen
memiliki ciri-ciri yang membedakan dengan karya fiksi lainnya. Berikut
ciri-ciri cerpen.
1. Jalan
ceritanya pendek.
2. Jumlah
kata tidak lebih dari 10.000 kata.
3. Biasanya
hanya satu kejadian yang diceritakan.
4. Tidak
menggambarkan semua kisah tokoh-tokohnya.
5. Latar
yang dilukiskan hanya sesaat dan dalam lingkungan yang relatif terbatas.
6. Kesan
cerpen sangat mendalam sehingga pembaca ikut merasakan kisah tersebut.
7. Tokoh
dalam cerpen mengalami masalah atau konflik hingga pada tahap penyelesaian.
Jenis Cerpen
Berdasarkan
jumlah kata yang digunakan, cerpen dapat dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai
berikut.
1. Cerpen
Mini
Cerpen mini adalah cerpen dengan penyajian
cerita yang sangat singkat. Cerpen mini biasa disebut dengan short short
story. Jumlah kata dalam penulisan cerpen mini antara 500 sampai 1.000
kata.
2. Cerpen
Ideal
Cerpen ideal mempunyai panjang cerita yang
sedang, tidak terlalu pendek, tetapi juga tidak terlalu Panjang. Cerpen ideal
biasa disebut dengan middle short story. Jumlah kata dalam penulisan
cerpen ideal antara 3.000 sampai 4.000 kata.
3. Cerpen
Panjang
Cerpen panjang mempunyai cerita yang cukup panjang.
Cerpen panjang biasa disebut dengan long short story. Jumlah kata yang
digunakan dalam penulisan cerpen panjang antara 4.000 sampai 10.000 kata.
Informasi Penting dan Nilai-Nilai dalam Cerpen
Sebagai
suatu karya sastra, cerpen mempunyai fungsi rekreatif dan didaktif. Fungsi
rekreatif berhubungan dengan cerpen sebagai sarana hiburan bagi pembaca.
Sementara itu, fungsi didaktif cerpen berhubungan dengan sarana pembelajaran
bagi pembaca.
Sebagai
sastra didaktif, cerpen mempunyai nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai
bahan pembelajaran pembaca. Nilai-nilai tersebut terkandung di dalam alur
cerpen. Nilai tersebut dapat digunakan pembaca untuk melakukan suatu tindakan
atau kebaikan dalam kehidupan.
1. Mengidentifikasi
Informasi Penting dalam Cerpen
Cerpen merupakan karya fiksi yang
berbentuk narasi. Sebuah teks narasi mempunyai pokok-pokok isi yang membangun
cerita. Pokok-pokok isi tersebut dapat ditemukan dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan isi cerpen. Dalam mendata pokok-pokok isi
dalam cerpen dapat digunakan kata-kata tanya berikut.
a. Apa
Kata tanya apa digunakan untuk menanyakan
nama, jenis, ataupun sifat. Pada cerpen kata tanya apa digunakan untuk
mengidentifikasi pokok peristiwa yang diceritakan.
b. Siapa
Kata tanya siapa digunakan untuk
menanyakan orang. Pada cerpen kata tanya siapa digunakan untuk mengidentifikasi
tokoh yang diceritakan, baik tokoh utama maupun tokoh pembantu.
c. Kapan
Kata tanya kapan digunakan untuk
menanyakan waktu kejadian. Pada cerpen kata tanya kapan digunakan untuk
mengidentifikasi latar waktu kejadian yang dialami tokoh.
d. Di
mana
Kata tanya di mana digunakan untuk
menanyakan tempat. Pada cerpen kata tanya di mana digunakan untuk
mengidentifikasi latar tempat dalam cerita.
e. Mengapa
Kata tanya mengapa digunkana untuk
menanyakan sebab, alasan, ataupun perbuatan. Pada cerpen kata tanya mengapa
digunakan untuk mengidentifikasi alasan peristiwa terjadi.
f. Bagaimana
Kata tanya bagaimana digunakan untuk menanyakan akibat suatu tindakan. Pada cerpen kata tanya bagaimana digunakan untuk mengidentifikasi akibat dari tindakan yang dilakukan tokoh dalam cerita.
2. Nilai-Nilai
Kehidupan dalam Cerpen
Cerpen mengandung
nilai-nilai yang dapat ditemukan dalam isi ceritanya. Nilai-nilai tersebut
disajikan secara tersirat dalam cerpen. Nilai tersebut dapat diketahui dari
tindakan atau perkataan tokoh dalam suatu cerpen. Adapun nilai-nilai dalam
cerpen sangat beragam. Berikut beberapa nilai yang dapat diambil dan dianalisis
pada suatu cerpen.
a. Nilai
Moral
Nilai berkaitan dengan akhlak, budi
pekerti, dan tindakan susila manusia. Nilai moral dapat diketahui dengan
membaca cerpen. Nilai moral terdapat pada narasi ataupun dialog yang terkandung
dalam cerpen.
b. Nilai
Religius
Nilai religius adalah nilai yang berkaitan
dengan hubungan manusia dengan Tuhan. Nilai religius dalam suatu cerpen dapat
dilihat dari dialog, isi, atau narasi cerita tersebut. Nilai religius dalam
cerpen biasanya tergambarkan dalam perbuatan tokoh ataupun ucapan tokoh.
c. Nilai
Budaya
Nilai budaya adalah nilai yang berhubungan
dengan konsep masalah dasar yang sangat penting dan bernilai dalam kehidupan
manusia, misalnya adat istiadat, kesenian, kepercayaan, dan upacara adat. Nilai
budaya biasanya tergambarkan pada peristiwa atau narasi yang terdapat pada
cerpen.
d. Nilai
Kepahlawanan
Nilai kepahlawanan adalah nilai-nilai yang
berhubungan dengan perjuangan dalam memperjuangkan sesuatu. Nilai ini dapat
ditemukan pada cerpen bertema sejarah.
e. Nilai
Sosial
Nilai sosial adalah nilai-nilai yang
berkaitan dengan tata pergaulan individu di dalam masyarakat. Nilai sosial
cerpen dapat diketahui dengan membaca isi atau dialog yang terkandung dalam
cerpen.
f. Nilai
Politik
Nilai politik adalah nilai yang
berhubungan dengan pemerintahan dalam suatu daerah. Nilai politik berhubungan
erat dengan latar pada cerpen. Nilai politik biasa ditampilkan sebagai
pendukung latar waktu atau latar tempat suatu cerita.
g. Nilai
Pendidikan
Nilai Pendidikan adalah nilai yang
menuntun manusia untuk selalu belajar, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari
bodoh menjadi pintar. Nilai ini berkaitan dengan pelajaran yang bisa dipetik
dari lingkungan formal maunpun nonformal.
h. Nilai
Etika
Nilai etika adalah nilai yang berkaitan
dengan aturan sopan santu antar sesama manusia. Misalnya, antara anak dengan
orang tua, adik dengan kakak, atau sopan santun dengan orang lain. Nilai ini
masih ada hubungannya dengan nilai moral. Nilai etika juga sering mewarnai
rangkaian cerita sebuah cerpen.
i. Nilai
Estetika
Nilai estetika adalah nilai yang berkaitan
dengan segi keindahan, baik itu keindahan bahasa, keistimewaan tokoh,
penyampaian cerita, dan latar cerita. Para penulis cerpen sering memainkan
unsur estetika dalam cerpen yang ia tulis agar tampak lebih indah.
j. Nilai
Ekonomi
Nilai-nilai dalam cerpen selanjutnya
adalah nilai ekonomi, yaitu nilai yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
manusia, baik itu dari segi produksi, konsumsi, maupun distribusi.
Kadang-kadang, penulis cerpen memasukkan juga nilai-nilai ekonomi dalam cerpen yang
ia tulis untuk memperkaya rangkaian cerita.
k. Nilai
Psikologi
Nilai psikologi adalah nilai yang
berhubungan dengan perasaan atau kejiawaan manusia, seperti bahagia, sedih,
terharu, marah, dan lain sebagainya. Nilai ini sering melekat pada tokoh-tokoh
yang terlibat dalam cerita. Setiap cerpen pasti mengandung nilai psikologi,
sebab menjadi salah satu unsur watak penokohan dalam sebuah cerpen.
l. Nilai
Historis
Nilai-nilai dalam cerpen selanjutnya adalah nilai
historis, yaitu nilai yang berkaitan dengan jalannya sejarah, atau nilai yang
ada kaitannya dengan peristiwa masa lalu.
Unsur, Struktur, dan Kebahasaan Cerpen
Cerpen
merupakan salah satu jenis teks narasi. Cerpen juga mempunyai unsur pembangun.
Unsur pembangun cerpen dapat dibagi menjadi dua, yaitu unsur intrinsik dan
unsur ekstrinsik. Selain unsur pembangun, cerpen juga mempunyai struktur
khusus. Struktur cerpen terdiri atas pengenalan situasi cerita, pengungkapan
peristiwa, menuju konflik, puncak konflik, dan penyelesaian. Sebagai teks fiksi,
cerpen juga tidak dapat dilepaskan dengan unsur kebahasaan yang lekat
dengannya. Unsur kebahasaan dalam sebuah cerpen antara lain penggunaan
keterangan waktu, verba aksi, dan dialog.
1. Unsur
Pembangun Cerpen
Cerpen merupakan salah satu jenis teks
narasi. Seperti teks lainnya, cerpen juga mempunyai unsur pembangun. Unsur
pembangun cerpen dapat dibagi menjadi dua, yakni unsur intrinsik dan
ekstrinsik.
a. Unsur
Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang
secara langsung membangun cerita dan dijumpai jika membaca sebuah cerpen.
Adanya unsur intrinsik menyebabkan karya sastra memiliki wujud dengan kepaduan
antarberbagai unsur di dalamnya.
1) Tema
Tema adalah gagasan utama yang menjiawai
keseluruhan cerita. Tema dalam cerpen biasanya dituliskan secara tersirat atau
tidak langsung. Adanya tema dalam unsur pembangun cerpen dijadikan ide atau
tujuan utama cerita. Oleh karena itu, tema bersifat menjiawai seluruh bagian
cerita dalam cerpen. Tema dari sebuah cerpen dapat ditemukan dengan cara
menyimpulkan keseluruhan cerita. Biasanya, tema yang digunakan dalam penulisan
cerpen menyangkut persoalan kehidupan seperti masalah kemanusiaan, kekuasaan,
kasih sayang, maupun persahabatan.
2) Alur
atau Plot
Alur atau plot adalah jalan cerita yang
mempunyai hubungan sebab-akibat dalam setiap rangkaian peristiwa. Peristiwa
demi peristiwa yang terdapat dalam cerita haruslah diolah secara kreatif,
sehingga menghasilkan sesuatu yang indah dan menarik, khususnya dalam kaitannya
dengan karya fiksi yang bersangkutan secara keseluruhan. Berdasarkan waktunya
alur dibedakan menjadi tiga, yaitu alur maju, alur mundur, dan alur campuran.
a) Alur
Maju
Alur maju atau alur progresif yaitu
rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan waktu kejadian atau waktu
bergerak ke depan.
b) Alur
Mundur
Alur mundur atau sorot balik yaitu
rangkaian peristiwa yang urutannya tidak sesuai dengan urutan kejadian waktu
atau cerita bergerak mundur.
c) Alur
Campuran
Alur campuran atau maju mundur yaitu
rangkaian peristiwa yang urutannya merupakan campuran antara alur maju dan
mundur.
3) Latar
Latar merupakan pijakan dalam sebuah
cerpen. Latar dalam sebuah cerpen dapat dibagi menjadi empat, yaitu latar
tempat, waktu, suasana, dan lingkungan sosial budaya. Keempat unsur tersebut
saling berkaitan dan akan berpengaruh pada satu unsur dan unsur lainnya.
a) Latar
tempat
Latar tempat adalah lokasi terjadinya
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah cerpen. Tempat yang dituliskan pada
cerpen dapat merupakan tempat faktual ataupun tempat imajiner. Latar tempat
kejadian dapat dituliskan secara langsung ataupun tersirat oleh penulis.
Penggambaran tempat yang menarik menambah kesan pembaca pada sebuah cerpen.
b) Latar
waktu
Latar waktu adalah latar yang berhubungan
dengan masalah kapan peristiwa yang diceritakan terjadi. Latar waktu yang
digunakan dalam suatu cerpen dapat berupa waktu lampau, sekarang, ataupun masa
depan. Penggunaan latar waktu yang imajiner tersebut berkaitan dengan cerpen
sebagai karangan fiksi yang membebaskan pengarang untuk mengembangkan
ceritanya.
c) Latar
suasana
Latar suasana digunakan untuk
menggambarkan suasana kejadian pada cerpen. Latar suasana dapat diketahui
dengan menganalisis konteks cerita, seperti tindakan tokoh, dialog tokoh, dan
konflik yang dialami tokoh dalam cerita. Suasana yang dibentuk dalam sebuah
cerpen akan menghidupkan jalinan cerita sehingga pembaca ikut merasakan konflik
dan permasalahan yang dialami oleh tokoh dalam cerpen tersebut.
d) Latar
sosial budaya
Latar sosial budaya mengarah pada unsur-unsur yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial mencakup kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan bersikap. Latar sosial budaya juga berkaitan dengan peristiwa sejarah yang pernah terjadi di dalam masyarakat pada masa lampau.
4) Tokoh
dan Penokohan
Tokoh adalah orang atau pelaku dalam
cerita. Tokoh diartikan oleh pembaca memiliki watak dan karakter yang menunjuk
pada kualitas pribadinya. Tanpa tokoh, alur cerita tidak akan pernah sampai
pada bagian akhir cerita.
Penokohan adalah pelukisan gambaran jelas
tentang seseorang dalam sebuah cerita. Dalam sebuah cerpen, tokoh yang
ditampilkan berupa tokoh fiksi. Tokoh tersebut diceritakan dalam satu situasi
saja. Berdasarkan perawatakannya, tokoh dalam cerpen dapat dibagi menjadi dua
yaitu tokoh protagonist dan antagonis.
a) Tokoh
protagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang
mempunyai watak baik. Tokoh protagonis merupakan tokoh yang taat norma-norma
dan nilai-nilai ideal dalam kehidupan. Biasanya, tokoh protagonis berperan
sebagai tokoh utama dalam sebuah cerpen.
b) Tokoh
antagonis
Tokoh antagonis adalah tokoh yang
menyebabkan konflik dan sering disebut tokoh jahat. Biasanya, tokoh antagonis
adalah tokoh yang mempunyai pandangan atau pemikiran yang berbeda dengan tokoh
utama. Setiap tokoh dalam cerpen mempunyai watak. Dalam mengungkapkan watak
tokoh perlu adanya Teknik yang digunakan. Teknik tersebut yaitu teknik analitik
dan teknik dramatik.
(1) Teknik
analitik
Teknik analitik juga biasa disebut teknik
ekspositori. Dalam teknik ini, pelukisan tokoh dilakukan dengan memberikan
deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Tokoh dalam cerpen
dideskripsikan secara langsung. Deskripsi tokoh yang biasa ditampilkan penulis
antara lain sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan ciri fisiknya.
(2) Teknik
dramatik
Teknik dramatik merupakan pengenalan tokoh yang mirip dengan pengenalan tokoh pada pentas drama. Pengenalan tokoh dilakukan secara tidak langsung. Artinya, pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat ataupun watak tokoh. Baik sifat maupun watak tokoh ditunjukkan melalui berbagai macam aktivitas yang dilakukan tokoh, baik verbal maupun tingkah laku. Jadi, pembaca perlu menganalisis terlebih dahulu untuk memahami sifat dan watak tokoh.
5) Sudut
Pandang
Sudut pandang adalah cara atau pandangan
yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan,
latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi
kepada pembaca. Sudut pandang cerita fiksi secara garis besar dapat dibedakan
menjadi sudut pandang orang pertama, sudut pandang orang ketiga, dan sudut
pandang campuran.
a) Sudut
pandang orang pertama
Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan
sudut pandang orang pertama, narrator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam
cerita. Ia adalah si “aku”, tokoh yang berkisah, dan mengisahkan kesadaran diri
sendiri.
b) Sudut
pandang orang ketiga
Pengisahan cerita pada umumnya
mempergunakan sudut pandang orang ketiga. Narrator adalah seseorang yang berada
di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama diri
atau kata ganti orang ketiga. Kata ganti tersebut, misalnya Seno, Miguel, ia,
dia, dan mereka.
c) Sudut
pandang campuran
Dalam pengisahan cerita, pengarang menggabungkan penggunaan sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang orang ketiga membutuhkan kreativitas penulis.
6) Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca. Pesan tersebut dapat disampaikan baik secara langsung (eksplisit) maupun tersirat (implisit). Amanat tersebut dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi pembaca. Amanat dalam cerpen biasanya berhubungan dengan akhlak, budi pekerti, dan susila.
b. Unsur
Ekstrinsik
Selain unsur intrinsik, cerpen juga
disusun oleh unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik merupakan unsur yang ada di
luar cerpen. Unsur ekstrinsik secara tidak langsung memengaruhi latar belakang
penulisan suatu cerpen.
1) Bahasa
Bahasa merupakan sarana yang digunakan
dalam karya sastra. Bahasa yang digunakan dalam sebuah karya sastra dipengaruhi
oleh bahasa pengarang. Unsur bahasa daerah dimungkinkan masuk ke karya sastra
tersebut. Bahasa pengarang memengaruhi kemenarikan jalan cerita dalam suatu
cerpen. Setiap pengarang mempunyai ciri berbahasa yang berbeda-beda.
2) Latar
belakang pengarang
Latar belakang pengarang membentuk ide
cerita dan tema dalam cerpen yang dihasilkannya. Latar belakang pengarang dapat
dipahami melalui sejarah hidup pengarang dan karya-karya yang dihasilkan sebelumnya.
Latar belakang pengarang terdiri atas biografi pengarang, kondisi psikologis,
latar belakang pendidikan, daerah asal, dan paham sastra yang dianut pengarang.
3) Nilai-nilai
yang terkandung dalam karya sastra
Sebuah cerpen mengandung nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam ceritanya. Nilai-nilai tersebut menggambarkan norma, tradisi, aturan, ataupun kepercayaan yang berada di tengah masyarakat. Nilai-nilai kehidupan dalam suatu cerpen beraneka ragam. Nilai-nilai kehidupan dalam suatu cerpen, antara lain nilai moral, nilai religius, nilai sosial, nilai budaya, dan nilai politik.
2. Struktur
Cerpen
Struktur cerpen merupakan rangkaian
kisahan yang membentuk jalinan cerita. Struktur cerpen disusun secara
kronologis. Menurut E. Kosasih dalam buku Apresiasi Sastra Indonesia, secara
umum struktur cerpen terdiri atas pengenalan situasi cerita, pengungkapan
cerita, tahapan menuju konflik, klimaks, dan penyelesaian.
a) Pengenalan
situasi cerita (exposition)
Bagian ini merupakan bagian awal dalam
cerpen. Dalam bagian ini, pengarang mulai memperkenalkan para tokoh serta
menata adegan dan masalah antartokoh.
b) Pengungkapan
peristiwa (complication)
Bagian ini merupakan tanggapan munculnya
permasalahan. Dalam bagian ini disajikan peristiwa awal yang menimbulkan
berbagai masalah, pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran bagi tokohnya.
c) Menuju
pada adanya konflik (rising action)
Pada bagian ini terjadinya peningkatan
kegembiraan, kehebohan, atau keterlibatan berbagai situasi yang menyebabkan
bertambahnya kesukaran tokoh.
d) Puncak
konflik (turning point)
Bagian ini juga disebut klimaks yang
merupakan bagian cerita paling besar dan mendebarkan. Selain itu, pada bagian
ini ditentukan perubahan nasib beberapa tokohnya, misalnya berhasil atau
tidaknya tokoh dalam menyelesaikan masalahnya.
e) Penyelesaian
(ending atau coda)
Bagian ini merupakan bagian akhir dari sebuah cerpen. Bagian ini berisi penjelasan sikap atau nasib yang diambil tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu. Namun, ada cerpen yang akhir ceritanya menggantung tanpa ada penyelesaian.
Kebahasaan Cerpen
Berikut beberapa kaidah
kebahasaan dalam cerpen.
a. Menggunakan
Keterangan Waktu
Keterangan adalah fungsi kalimat yang
mudah berpindah posisi. Keterangan berfungsi memberikan informasi tambahan
dalam suatu kalimat. Keterangan dapat terletak di bagian awal, tengah, dan
akhir kalimat, kecuali antara predikat dan objek. Salah satu jenis keterangan
adalah keterangan waktu. Keterangan waktu digunakan untuk menunjukkan latar
waktu yang dipakai dalam sebuah cerpen. Keterangan waktu ditandai penggunaan
kata hubung setelah, sebelum, sesudah, dan selama.
b. Menggunakan
Verba Aksi
Verba aksi adalah verba yang menyatakan perbuatan. Perbuatan dalam verba aksi menjelaskan sesuatu yang dilakukan oleh subjek. Biasanya, verba aksi digunakan sebagai predikat kalimat.
Contoh:
Sudarma membuka halaman lain secara sembarang. Di halaman itu tertulis, dirinya sewaktu SD pernah meminjamkan uang untuk temannya yang tidak membawa bekal.
Dalam kutipan cerpen tersebut dapat ditemui penggunaan verba aksi. Kata membuka, meminjamkan, dan membawa pada kutipan cerpen tersebut merupakan kata kerja aksi. Kata tersebut menjelaskan aktivitas yang dilakukan oleh tokoh. Verba digunakan sebagai predikat dalam kalimat. Ciri verba aksi adalah menjelaskan aktivitas yang dilakukan subjek.
c. Menggunakan
Dialog
Cerpen merupakan karya fiksi. Pada karya sastra fiksi sering dijumpai penggunaan dialog. Dialog digunakan agar cerita lebih menarik. Dialog dapat digunakan sebagai penyambung alur cerita agar runtut. Dialog dituliskan dalam satu kalimat langsung. Kalimat langsung diapit tanda petik (“…”) dalam penulisannya.
Contoh:
“Aku pernah mengenal seseorang yang mirip
kau.”
Pita menoleh. Tanpa disadarinya, ternyata
lelaki itu telah berdiri di dekatnya.
“Sekarang aku hanya bisa mengenangnya.”
Pita membisu, tetapi dadanya bergemuruh.
“Maaf, aku telah mengganggu pekerjaanmu.
Agar kau tak terganggu, aku akan menunggu hingga kau menyelesaikan pekerjaanmu.
Setelah itu, berilah aku kesempatan untuk bicara.”
Cerita dalam kutipan cerpen tersebut disajika dalam bentuk dialog. Dialog tokoh dalam kutipan cerpen tersebut disajikan dalam kalimat langsung. Penggunaan dialog pada kutipan cerpen tersebut akan mempermudah pembaca untuk mengetahui isi cerpen. Selain itu, dialog tersebut memuat cerpen enak dibaca dan tidak membosankan.
Penyajian Cerpen
Cerpen merupakan cerita
imajiner. Artinya, dalam penyusunannya diperlukan imajinasi penulis. Oleh
karena itu, dibutuhkan pengetahuan yang luas dari penulis agar cerpen yang
dihasilkan menjadi menarik dan bagus. Selain menarik, cerpen yang baik harus
terhindar dari kesalahan ketik. Oleh karena itu, sebelum dipublikasikan, cerpen
harus melalui proses penyuntingan.
1. Menyusun Cerpen
Cerpen
merupakan karya fiktif yang dapat dikembangkan berdasarkan kejadian yang sering
terjadi di dalam kehidupan manusia. Kejadian tersebut dibuat menjadi cerita
yang menarik. Cerita yang menarik dapat dibuat dengan menambahkan konflik dan
permasalahan yang dialami tokoh dalam cerpen. Dalam membuat cerpen diperlukan
adanya langkah-langkah yang sistematis. Langkah-langkah dalam menyusun cerpen
adalah sebagai berikut.
a. Menentukan
Tema
Tema merupakan pokok pikiran dalam
penulisan sebuah cerpen. Tema dikembangkan sedemikian rupa menjadi cerita yang
menarik. Tema dapat dikembangkan dalam alur cerpen. Tema yang diangkat dalam
sebuah cerpen beraneka ragam. Tema-tema tersebut, antara lain keluarga,
persahabatan, berbagai macam permasalahan kehidupan, cinta, hingga tema-tema
absurd yang jarang dipikirkan manusia.
b. Menentukan
Pusat Pengisahan
Pusat pengisahan juga disebut dengan sudut
pandang. Sudut pandang merupakan cara penulis menempatkan diri dalam cerita.
Dalam sebuah cerpen, penulis dapat menempatkan diri sebagai tokoh utama. Selain
itu, penulis dapat menempatkan dirinya sebagai pengamat ataupun pelaku
sampingan.
Adapun sudut pandang yang biasa dipakai
dalam sebuah cerpen adalah sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang
ketiga. Pada sudut pandang orang pertama, penulis menggunakan kata ganti aku dan saya. Penulis dapat berperan sebgai tokoh utama ataupun tokoh
sampingan. Di sisi lain, sudut pandang orang ketiga memungkinkan penulis untuk
mengetahui jalan hidup pelaku utama (serbatahu). Biasanya, penulis akan
menggunakan kata ganti dia, ia, atau
nama orang sebagai tokoh utama.
c. Menentukan
Penokohan
Perwatakan berkaitan dengan sifat-sifat
tokoh yang digambarkan dalam cerita oleh pengarang. Penggambaran tokoh-tokoh
dalam suatu cerita dapat menggunakan metode analistik dan dramatik.
d. Menentukan
Latar dan Setting
Latar merupakan salah satu aspek penting
dalam cerpen. Latar merupakan rujukan keterangan tempat, waktu, dan suasana.
Pemilihan latar yang tepat menjadi salah satu kunci cerpen yang baik. Latar
yang tepat harus disesuaikan dengan tema dan kejadian yang dialami tokoh.
e. Menyajikan
Cerpen dengan Alur yang Menarik
Dalam menyajikan suatu cerpen perlu
memperhatikan alur yang akan digunakan, baik alur maju, mundur, atau campuran.
Selain itu, juga diperhatikan struktur yang ada pada cerpen.
2.
Menyunting Cerpen
Menyunting
merupakan kegiatan menyiapkan naskah dengan memperhatikan sistematika
penyajian, isi, dan bahasa. Menyunting berkaitan dengan ejaan, diksi, dan
struktur kalimat. Menyunting memungkinkan cerpen yang dibuat menjadi lebih baik
dan sempurna. Menyunting cerpen memerlukan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Membaca naskah cerpen secara keseluruhan.
b. Mencermati
kesalahan penggunaan ejaan, kesalahan penulisan, ataupun tanda baca.
c. Memperbaiki
kesalahan yang ditemukan dalam naskah cerpen yang dibaca.