Saturday, October 22, 2022

Teks Hikayat-Materi Bahasa Indonesia SMA-Kelas X Ganjil

 

Teks Hikayat

Definisi Hikayat

Secara etimologis, istilah hikayat berasal dari bahasa Arab, yaitu haka yang artinya menceritakan atau bercerita. Menurut KBBI, hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah berbentuk rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat itu. Hikayat adalah karya sastra lama berbentuk prosa yang mengisahkan kehidupan keluarga istana atau kaum bangsawan, orang-orang ternama, orang suci di sekitar istana dengan segala kesaktian, keanehan, dan mukjizat tokoh utamanya. Hikayat kadang mirip cerita sejarah atau berbentuk riwayat hidup yang di dalamnya terdapat peristiwa atau kejadian yang tidak masuk akal dan penuh keajaiban. Berdasarkan uraian tersebut, hikayat berfungsi sebagai media hiburan, pembangkit semangat, atau untuk meramaikan pesta.

Hikayat merupakan karangan berbentuk narasi. Narasi adalah wacana yang menceritakan peristiwa dalam kurun waktu tertentu. Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Struktur hikayat hampir sama dengan struktur prosa lain, misalnya cerpen. Struktur cerita hikayat terdiri atas unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangung karya sastra dari dalam, seperti tema, tokoh, dan penokohan, alur, latar, serta pusat pengisahan atau sudut pandang. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun sebuah karya sastra dari luar, misalnya biografi pengarang, situasi dan kondisi, serta nilai-nilai dalam cerita.

Ciri-Ciri atau Karakteristik Hikayat

Secara umum, hikayat memiliki karakter atau ciri-ciri sebagai berikut.

1.     Anonim, hikayat tidak menyebutkan nama pengarang secara jelas.

2.  Istana sentris, hikayat menceritakan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan istana atau kerajaan.

3.     Bersifat statis, cerita dalam hikayat bersifat tetap dan tidak banyak berubah.

4.     Bersifat komunal, hikayat menjadi milik masyarakat umum.

5.     Menggunakan bahasa klise, hikayat menggunakan bahasa yang diulang-ulang.

6.  Bersifat tradisional, hikayat bersifat meneruskan budaya, tradisi, dan kebiasaan yang dianggap baik.

7.     Bersifat didaktis, hikayat bersifat baik untuk pendidikan moral maupun religius.

8.     Menceritakan kisah universal manusia, hikayat menceritakan peperangan antara yang baik dan yang buruk, dimenangkan oleh yang baik.

9.     Terdapat kemustahilan di dalam ceritanya.

10.  Menceritakan kesaktian seorang tokoh.

Jenis-Jenis Hikayat

Berdasarkan fase historis, hikayat dalam sastra Melayu lama dapat dibedakan dalam tiga jenis sebagai berikut.

1.     Hikayat berunsur Hindu

Hikayat yang berunsur Hindu berinduk pada Hikayat Sri Rama dan Mahabbhrata, lalu berkembang hikayat lain seperti Hikayat Pandawa Lima dan Hikayat Sri Rama.

2.     Hikayat berunsur Hindu-Islam

Hikayat berunsur Hindu dan Islam adalah hikayat yang berasal dari tradisi Hindu, lalu dimasukkan unsur-unsur Islam.

Contoh: Hikayat Jaya Lengkara, Hikayat Si Miskin, dan Hikayat Inderaputera

3.     Hikayat berunsur Islam

Hikayat berunsur Islam adalah hikayat yang berasal dari tradisi sastra Arab-Persia.

Contoh: Hikayat 1001 Malam dan Hikayat Qamar al-Zaman

Berdasarkan isi, hikayat dapat digolongkan ke dalam tiga jenis sebagai berikut.

1.     Jenis rekaan

Contoh: Hikayat Malim Deman

2.     Jenis sejarah

Contoh: Hikayat Hang Tuah, Hikayat Pattani, dan Hikayat Raja-Raja Pasai

3.     Jenis biografi

Contoh: Hikayat Abdullah dan Hikayat Sultan Ibrahim bin Adam

Contoh: Hikayat Abdullah dan Hikayat Sultan Ibrahim bin Adam

Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Hikayat

Selain berfungsi sebagai hiburan, cerita dalam hikayat berfungsi sebagai pesan moral dan nilai-nilai dalam masyarakat pada masa itu. Nilai-nilai dalam hikayat disebut juga nilai ekstrinsik. Nilai-nilai tersebut sebagai berikut.

1.     Nilai Religi (Agama)

Nilai agama adalah nilai yang berkaitan dengan ajaran agama. Nilai religi ditandai dengan penyebutan nama Tuhan, makhluk gaib, dosa, pahala, surga, dan neraka.

2.     Nilai Moral

Nilai moral adalah nasihat-nasihat yang berkaitan dengan budi pekerti, perilaku, atau tata susila yang dapat diperoleh pembaca dari cerita yang dibaca atau dinikmatinya.

3.     Nilai Sosial

Nilai sosial adalah nasihat-nasihat yang berkaitan dengan kemasyarakatan. Nilai sosial berkaitan dengan nilai kepatutan dan kepantasan dalam kehidupan sehari-hari.

4.     Nilai Budaya

Nilai budaya adalah nilai yang diambil dari budaya-budaya yang berkembang secara turun-temurun di dalam masyarakat.

5.     Nilai Estetika

Nilai estetika berkaitan dengan nilai keindahan dan seni.

6.     Nilai Edukasi

Nilai edukasi adalah nilai yang berkaitan dengan pendidikan.

Isi yang Terkandung dalam Hikayat

Struktur cerita hikayat terdiri atas unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam, seperti tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, serta pusat pengisahan atau sudut pandang. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun sebuah karya sastra dari luar, misalnya biografi pengarang, situasi dan kondisi, serta nilai-nilai dalam cerita.

1.     Unsur Intrinsik

a.     Tema

Jika dilihat dari isinya, tema hikayat sebagian besar menyangkut kepercayaan, agama, pendidikan, pandangan hidup, adat istiadat, percintaan, dan sosial. Tema-tema ini muncul karena hikayat sebagai karya seni atau sastra merupakan cerminan masyarakat pada waktu itu dan dapat digunakan sebagai media untuk mendidik, mengemukakan fakta, dan mengkritik penguasa.

b.     Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah pelaku dalam karya sastra. Dalam karya sastra biasanya ada beberapa tokoh, tetapi biasanya hanya ada satu tokoh utama. Tokoh utama adalah tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya sastra. Dua jenis tokoh adalah tokoh datar (flat character) dan tokoh bulat (round character).

Tokoh datar adalah tokoh yang hanya menunjukkan satu segi, misalnya baik saja atau buruk saja. Sejak awal sampai akhir cerita tokoh yang jahat akan tetap jahat. Tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya. Jadi, ada perkembangan yang terjadi dalam tokoh ini. Dalam karya sastra dikenal pula tokoh protagonis dan antagonis. Protagonis ialah tokoh yang disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya. Antagonis ialah tokoh yang tidak disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya.

Penokohan dalam hikayat erat kaitannya dengan alur dan peristiwa-peristiwa. Dalam teks terdapat beberapa peristiwa pertentangan antara tokoh utama bersifat baik dan tokoh utama bersifat jahat. Biasanya tokoh utama bersifat baik akan mendapat kemenangan. Tokoh utama bersifat jahat dapat dikalahkan. Pada umumnya tokoh utama berada di pihak benar. Dengan kehebatan dan kesaktiannya, tokoh utama bersifat baik unggul dalam suatu pertempuran atau perkelahian.

Penokohan atau perwatakan adalah cara pengarang menggambarkan atau melukiskan tokoh dalam cerita yang ditulisnya. Dalam penokohan, watak atau karakter seorang tokoh dapat dilihat dari tiga segi, yaitu dialog tokoh, penjelasan tokoh, dan penggambaran fisik.

Beberapa cara yang dapat digunakan pengarang untuk menggambarkan rupa, watak tokoh, atau pelaku sebagai berikut.

1)    Pengarang melukiskan bentuk fisik pelaku.

2)   Pengarang melukiskan jalan pikiran pelaku atau apa yang terlintas dalam pikirannya.

3)    Pengarang melukiskan reaksi pelaku terhadap kejadian-kejadian yang dialaminya.

4)    Pengarang secara langsung menganalisis watak pelaku.

5)    Pengarang melukiskan keadaan sekitar pelaku.

6) Pengarang melukiskan pandangan-pandangan pelaku lain dalam cerita terhadap pelaku utama.

7) Para pelaku lain dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan pelaku utama sehingga secara tidak langsung pembaca dapat menangkap kesan segala sesuatu tentang pelaku.

c.     Alur atau Plot

Alur merupakan rangkaian peristiwa yang membentuk sebuah cerita, persitiwa-peristiwa tersebut saling berhubungan secara runtut sehingga terjalin suatu cerita bulat. Berikut adalah macam-macam alur dalam hikayat.

1)    Alur Maju atau Progresif

Alur maju atau progresif adalah alur yang menceritakan peristiwa-peristiwa dalam hikayat secara kronologis atau urut dari awal sampai akhir.

2)    Alur Sorot Balik atau Regresif

Alur sorot balik adalah alur yang menceritakan peristiwa-peristiwa dalam hikayat secara terbalik. Cerita tidak dimulai dari tahap pengantar. Cerita dapat dimulai dari tahap penampilan masalah, puncak ketegangan, atau penyelesaian. Alur sorot balik disebut juga alur flash back.

3)    Alur Gabungan

Alur gabungan merupakan perpaduan dari alur maju dan sorot balik. Alur yang terdapat dalam hikayat biasanya alur maju. cerita yang terdapat dalam teks hikayat biasanya menceritakan kehidupan seorang tokoh atau raja dari lahir hingga meninggal. Hikayat menceritakan lika-liku perjuangan hidup raja atau tokoh tersebut sehingga alur yang digunakan biasanya alur maju. Namun, tidak menutup kemungkinan dalam hikayat juga terdapat alur mundur dan gabungan.

d.     Latar (Setting)

Latar merupakan gambaran tempat, waktu, dan keadaan sosial terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar dalam hikayat tidak dapat dilepaskan dari lingkungan pengarang pada waktu itu.

1)  Latar tempat adalah lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah hikayat. Unsur tempat yang digunakan dapat berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisal tertentu mungkin juga lokasi tertentu tanpa nama.

2)    Latar waktu adalah latar yang berhubungan dengan masalah “kapan” peristiwa yang diceritakan dalam hikayat.

3)  Latar sosial adalah latar yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam hikayat, seperti pekerjaan atau status sosial.

4)    Latar budaya adalah latar yang berhubungan dengan kehidupan budaya masyarakat suatu tempat yang diceritakan dalam hikayat.

e.     Amanat

Amanat merupakan pesan moral yang terdapat dalam hikayat.

f.      Sudut Pandang

Sudut pandang atau point of view merupakan cara pandang yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita. Bentuk sudut pandang tokoh cerita yaitu sudut pandang orang ketiga dan pertama.

1)    Sudut pandang orang ketiga

Pengisahan cerita pada umumnya mempergunakan sudut pandang orang ketiga atau narator. Narator adalah seseorang yang berada di luar cerita. Narator menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebutkan nama diri atau kata ganti orang ketiga. Kata ganti orang ketiga tersebut, misalnya Delia, Rahmat, ia, dia, dan mereka.

2)    Sudut pandang orang pertama

Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandnag orang pertama, narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si “aku”, tokoh yang berkisah, atau mengisahkan kesadaran diri sendiri.

3)    Sudut pandang campuran

Dalam pengisahan cerita, pengarang menggabungkan penggunaan sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga.

Dalam hikayat, sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga serbatahu. Sebagai narator, seorang penulis hikayat seolah-olah mengetahui peristiwa atau kejadian dalam cerita yang disampaikan.

2.     Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik merupakan unsur yang membangun cerita di luar sastra. Unsur-unsur ekstrinsik, misalnya religi (agama), adat istiadat, latar belakang sosial budaya, dan silsilah atau garis keturunan.

Isi pokok cerita hikayat dapat dicari dengan menentukan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsiknya. Selain itu, isi pokok hikayat dapat dicari dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan denga nisi hikayat dengan teknik 5W+1H.

Ringkasan Isi Hikayat

Meringkas adalah menyajikan suatu karangan dalam bentuk lebih singkat. Saat meringkas, kita harus dapat menentukan ide pokok atau gagasan umum suatu karangan panjang. Ide pokok atau gagasan umum tersebut disusun dalam sebuah tulisan singkat. Meringkas bertujuan agar pembaca mudah memahami isi suatu karangan panjang. Ringkasan hikayat dapat disusun dengan menentukan unsur intrinsik dan ekstrinsik untuk menentukan pokok-pokok isi hikayat.

Selain dengan menentukan pokok-pokok isi hikayat, sinopsis atau ringkasan hikayat dapat disusun dengan langkah-langkah berikut.

1.     Membaca keseluruhan hikayat dengan saksama.

2.     Mencatat gagasan utama dengan menggarisbawahi gagasan-gagasan penting.

3.  Menulis ringkasan berdasarkan gagasan-gagasan utama yang telah dicatat pada langkah kedua. Gunakan kalimat padat, efektif, dan menarik untuk merangkai jalan cerita menjadi sebuah karangan singkat yang menggambarkan karangan asli.

4.     Dialog dan monolog tokoh cukup ditulis isi atau dicari garis besarnya.

5.     Sinopsis hikayat tidak boleh menyimpang dari jalan cerita dan isi keseluruhan hikayat.

Ada beberapa ketentuan dalam membuat sinopsis.

1.     Gunakan kalimat tunggal dalam membuat sinopsis. Hindari penggunaan kalimat majemuk.

2.     Ringkaslah kalimat menjadi frasa. Kemudian, frasa menjadi kata.

3. Jumlah paragraf tergantung dari besarnya ringkasan serta jumlah topik utama yang dimasukkan dalam sinopsis. Paragraf tersebut mengandung ilustrasi, contoh, dan deskripsi. Semua paragraph tersebut dapat dipertahankan karena dianggap penting.

4.     Pertahankan semua ide cerita asli. Susunlah ide cerita itu secara urut.

5.   Sinopsis yang mengandung dialog harus diringkas dalam bentuk kalimat tidak langsung. Biasanya didahului pernyataan seperti “Ia mengatakan bahwa ….”.

Penyampaian Isi Hikayat

Penyampaian isi hikayat dapat dilakukan secara tertulis atau lisan. Penyampaian hikayat secara tertulis dapat berbentuk ringkasan isi hikayat seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Penyampaian isi hikayat

Karakteristik Kebahasaan dalam Hikayat

1.     Penggunaan Majas

Majas atau gaya bahasa adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya sesuatu dengan yang lain; kiasan. Di dalam hikayat dapat ditemukan berbagai macam majas. Majas yang dapat ditemukan dalam hikayat sebagai berikut.

a.     Majas perbandingan

1)    Alegori

Alegori adalah perbandingan suatu keadaan atau peristiwa dengan beberapa kiasan yang membentuk satu kesatuan.

2)    Asosiasi

Asosiasi adalah perbandingan terhadap suatu benda, kondisi, atau peristiwa sehingga muncul gambaran atau aosiasi terhadap keadaan yang sebenarnya.

3)    Eufemisme

Eufemisme adalah pengungkapan secara halus untuk peristiwa-peristiwa yang tabu atau pantang.

4)    Hiperbola

Hiperbola adalah pengungkapan yang berlebihan atau membesar-besarkan.

5)    Litotes

Litotes adalah pengungkapan yang berkebalikan dengan keadaan yang sebenarnya untuk merendahkan diri.

6)    Metafora

Metafora adalah perbandingan langsung suatu benda dengan benda lain yang memiliki kesamaan sifat.

7)    Personifikasi

Personifikasi adalah penyifatan benda-benda mati dengan sifat-sifat atau perilaku manusia.

8)    Simbolik

Simbolik adalah kiasan yang melukiskan sesuatu dengan simbol atau perlambang.

9)    Simile

Simile adalah perbandingan dengan kata-kata pembanding.

10) Sinekdoke pars prototo

Sinekdoke pars prototo adalah penyebutan sebagian untuk seluruh.

11) Sinekdoke totem proparte

Sinekdoke totem proparte adalah penyebutan seluruh untuk Sebagian.

b.     Majas sindiran

1)    Ironi

Ironi adalah sindiran dengan menggunakan kebalikan dari keadaan yang sebenarnya.

2)    Sinisme

Sinisme adalah gaya bahasa sindiran dengan menggunakan kata-kata sebaliknya seperti ironi, tetapi kasar.

c.     Majas penegasan

1)    Klimaks

Klimaks adalah pengungkapan yang semakin naik atau menghebat.

2)    Antiklimaks

Antiklimaks adalah pengungkapan yang semakin turun atau melemah.

3)    Repetisi

Repetisi adalah pengulangan kata-kata dalam kalimat untuk menegaskan maksud.

4)    Tautologi

Tautologi adalah penegasan maksud dengan kata-kata yang sama atau senada artinya.

d.     Majas pertentangan

1)    Paradoks

Paradoks adalah pengungkapan yang seolah-olah bertentangan.

2)    Antitesis

Antitesis adalah majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kepaduan kata yang berlawanan arti.

 

2.     Penggunaan Kata-Kata Arkais

Hikayat sebagai salah satu yang berbicara tentang nilai-nilai kehidupan dan keindahan menggunakan bahasa sebagai sarana pengungkapannya. Di dalam hikayat gaya bahasa yang digunakan bersifat statis. Gaya bahasa dalam hikayat biasanya menggunakan ungkapan arkais (berhubungan dengan masa lalu, berciri kuno, tua) seperti syahdan, hatta, alkisah, dan sebermula.

Penggunaan ungkapan atau kata-kata arkais dalam hikayat juga tampak dalam penggunaan kata ganti pronomina. Kata ganti pronomina dalam hikayaat mengandung unsur pembeda sosial. Kata ganti pronomina tersebut di antaranya tuan, si, hamba, saudara, Ki, kekasih, dan hambaku laksamana.


Perbedaan Nilai-Nilai dan Kebahasaan dalam Hikayat dan Cerpen

Hikayat dan cerita pendek merupakan wujud karya sastra. Dari kedua jenis karya sastra tersebut ada banyak pelajaran yang dapat Anda peroleh, di antaranya pesan moral, nilai sosial budaya, dan nilai-nilai bersifat mendidik. Sebagai suatu karya berbentuk prosa, hikayat dan cerpen memiliki persamaan dan perbedaan. Kedua karya sastra tersebut dapat dibandingkan melalui unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsiknya.


No comments:

Post a Comment

Teks Argumentasi-Materi Bahasa Indonesia SMA-Kelas XI Ganjil

   Teks Argumentasi Pengertian Teks Argumentasi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), argumentasi merupakan alasan untuk memperkuat ata...