Karya Tulis Ilmiah
Pengertian Karya Tulis Ilmiah
Karya
ilmiah merupakan salah satu jenis karya tulis yang berisi berbagai informasi.
Informasi tersebut antara lain makalah, laporan penelitian, skripsi, tesis, dan
disertasi. Dalam pelajaran ini, Anda akan berlatih untuk menulis makalah. Karya
tulis ilmiah berupa makalah yang akan Anda tulis memiliki karakteristik.
Karakteristik karya ilmiah tersebut harus Anda pahami terlebih dahulu sebelum
Anda mulai menulis.
Karakteristik
karya ilmiah sebagai berikut.
1. Merupakan
hasil kajian literatur atau laporan pengamatan dan penelitian.
2. Menampilkan
pemahaman penulis terhadap permasalahan yang dibahas.
3. Menampilkan kemampuan meramu berbagai sumber informasi ke dalam sebuah karya tulis yang utuh.
Selain memiliki karakteristik, karya
ilmiah memiliki ciri-ciri khusus. Ciri-ciri karya tulis ilmiah sebagai berikut.
1. Logis,
yaitu segala keterangan yang disajikan dapat diterima akal.
2. Sistematis,
yaitu segala yang dikemukakan disusun dalam urutan yang menunjukkan
kesinambungan.
3. Objektif,
yaitu keterangan yang disajikan menurut apa adanya.
4. Tuntas,
yaitu masalah-masalah yang dimunculkan dikupas secara terperinci dan lengkap.
5. Kebenarannya
dapat diuji.
6. Berlaku
umum, yaitu kesimpulan berlaku bagi semua populasi.
7. Memakai
bahasa baku dan tata tulis yang sesuai dengan kaidah bahasa.
Mengidentifikasi Struktur Karya Ilmiah yang Dibaca
Karya
ilmiah dapat ditulis dalam bentuk penyajian. Setiap bentuk penyajian memiliki
kelengkapan struktur yang berbeda. Secara umum, bentuk penyajian karya ilmiah
yaitu populer, semiformal, dan formal.
1. Bentuk
Populer
Karya
ilmiah populer merupakan suatu karya yang ditulis dengan menggunakan bahasa
populer. Bahasa populer yang dimaksud yaitu bahasa yang mudah dipahami oleh
masyarakat dan menarik untuk dibaca. Karya tulis ilmiah populer menggunakan bentuk,
isi, dan bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan. Dengan demikian,
karya ilmiah bentuk populer adalah karangan ilmiah yang berisi pembicaraan
tentang ilmu pengetahuan dengan teknik penyajian yang sederhana mengenai
peristiwa kehidupan sehari-hari.
Sistematika
karya ilmiah populer tidak menganut aturan penulisan karya tulis yang baku.
Penulis bebas menggunakan bentuk penyajian. Akan tetapi, pada umumnya bentuk
penyajiannya sederhana dan singkat. Biasanya bentuk penyajian hanya terdiri
atas bagian awal, inti, dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke
bagian inti. Bagian inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan.
Sementara itu, bagian penutup berfungsi menutup karya ilmiah. Bagian penutup dapat
berupa simpulan atau kritik dan saran.
2. Bentuk
Semiformal
Secara
garis besar, karya ilmiah bentuk semiformal meliputi unsur-unsur sebagai
berikut.
a. Halaman
judul
b. Kata
pengantar
c. Daftar
isi
d. Pendahuluan
e. Pembahasan
f. Kesimpulan
g. Daftar
pustaka
3. Bentuk
formal
Karya
ilmiah bentuk formal disusun dengan memenui unsur-unsur kelengkapan akademis
secara lengkap, seperti dalam skripsi, tesis, atau disertasi.
Unsur-unsur
karya ilmiah bentuk formal sebagai berikut.
A. Bagian
Awal
1. Halaman
sampai luar
2. Halaman
judul
3. Halaman
pengesahan
4. Kata
pengantar
5. Abstrak
6. Daftar
isi
B. Bagian
Utama
1. Pendahuluan
Pendahuluan berisi tentang latar
belakang tema yang dibicarakan, rumusan masalah, dan tujuan penulisan.
2. Isi
Bagian isi dalam karya tulis berisi
uraian lengkap dan terperinci tentang tema atau masalah yang diungkapkan.
Pengembangan permasalahan ini didukung data agar memberi gambaran yang lebih
jelas.
3. Penutup
Bagian akhir karangan merupakan
bagian penutup yang berisi pokok-pokok pikiran yang harus diingat pembaca.
Selain itu, bagian penutup merupakan kesimpulan da nisi suatu karangan.
C. Bagian
Akhir
1. Daftar
pustaka
Daftar pustaka ditulis dengan urutan
sebagai berikut.
a. Nama
penulis ditulis paling awal. Jika nama penulis terdiri atas dua kata atau
lebih, penulisannya dibalik. Caranya, nama belakang penulis ditulis terlebih
dahulu, kemudian dilanjutkan dengan tanda koma. Setelah itu cantumkan nama
depan dan tengah penulis buku tersebut.
b. Tahun
terbit.
c. Judul
buku ditulis dengan huruf miring atau diberi garis bawah.
d. Tempat
terbit (kota tempat penerbit).
e. Nama
Penerbit.
Tanda
baca yang digunakan.
a. Tanda
koma (,) untuk menandai nama yang dibalik.
b. Tanda
titik (.) digunakan di antara nama penulis, tahun terbit, judul buku, dan nama
kota tempat penerbit.
c. Tanda titik dua (J digunakan di antara kota tempat penerbit dan nama penerbit.
Beberapa unsur karya ilmiah dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Topik
Topik yang disusun harus menarik,
aktual, problematik, memiliki pengetahuan dasar, bermanfaat, data mudah
diperolehkan, terbatas.
2. Judul
Judul karya ilmiah harus menarik,
singkat, padat, menggambarkan isi, sesuai topik, mengandung kata kerja
operasional, tidak bermakna ganda, diungkapkan dalam bentuk frasa. Judul mencerminkan
ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, subjek penelitian, dan metode
penelitian.
3. Pendahuluan
Pendahuluan berisi tentang latar
belakang masalah, indentifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
dan manfaat penelitian.
a. Latar
belakang masalah
Paparan pada latar belakang masalah
dimaksudkan untuk menjelaskan alasan timbulnya masalah, baik itu dari segi
pengembangan ilmu, kemasyarakatan, maupun dalam kaitan dengan kehidupan pada
umumnya.
b. Rumusan
masalah
Masalah adalah peristiwa, fenomena,
atau kondisi di lingkungan sekitar yang dianggap perlu pemecahan oleh penulis.
Rumusan masalah disajikan dalam bentuk pertanyaan dengan menggunakan kata Tanya
mengapa atau bagaimana. Masalah tersebut menjadi fokus pembahasan dalam karya
ilmiah tersebut.
c. Tujuan
penulisan karya ilmiah
Tujuan merupakan pernyataan mengenai
fokus pembahasan dalam karya ilmiah. Penentuan tujuan penulisan karya ilmiah
berdasarkan masalah yang dirumuskan.
d. Manfaat
penulisan karya ilmiah
Manfaat penuisan karya ilmiah disampaikan
penulis untuk meyakinkan pembaca. Penulis dapat menyampaikan bahwa manfaat
penulisan karya ilmiah salah satunya sebagai pengembangan bidang ilmu atau
pihak-pihak tertentu.
4. Kerangka
teoritis
Kerangka teoritis disebut juga kajian
pustaka atau curaian teori. Kerangka teoritis diawali dengan mengidentifikasi
dan mengkaji berbagai teori yang relevan. Di samping itu, dalam kerangka
teoritis perlu dilakukan pengkajian terhadap penelitian-penelitian sebelumnya.
5. Metodologi
penelitian
Metode penelitian diartikan sebagai
prosedur atau tahap-tahap penelitian, mulai dari persiapan, penentuan sember
data, pengolahan, sampai dengan pelaporannya. Metode penelitian yang digunakan
peneliti berbeda-beda tergantung pada tujuan penelitian. Metode penelitian
berikut biasa digunakan para peneliti.
a. Metode
deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan menggambarkan fakta dengan
apa adanya tanpa ada perlakuan apa pun. Data yang dimaksud dengan berupa fakta
yang berupa kuantitatif atau kualitatif.
b. Metode
eksperimen adalah metode penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran
atas sebuah gejala atau fenomena setelah mendapat perlakuan (diteliti).
c. Metode
penelitian kelas adalah metode penelitian dengan tujuan untuk memperbaiki
persoalan-persoalan yang terjadi pada kelas tertentu, sebagai contoh tentang
motivasi belajar dan prestasi belajar peserta didik dalam kompetensi dasar
tertentu.
6. Pembahasan
Bagian pembahasan berisi paparan
tentang isi pokok karya ilmiah, terkait denganrumusan masalah yang dikemukakan
pada bagian pendahuluan. Rumusan masalah dapat dianalisis oleh data yang
diperoleh dari pengamatan atau wawancara. Data yang diperoleh dibahas dengan
berbagai sudut pandang dan teori-teoriyang dikemukakan sebelumnya.
Pembahasan data bertujuan menjawab rumusan
masalah yang telah ditentukan sebelumnya. Jika diperlukan, pembahasan dapat
didukung oleh grafik dan tabel. Grafik dan table merupakan cara efektif dalam
menyajikan data dan informasi. Sajian data dan informasi lebih mudah dipahami
jika disajikan dalam bentuk grafik dan tabel.
Penulis perlu menggunakan argumen
seperti yang tercantum dalam kerangka teoritis. Argumen penulis harus kuat agar
pemecahan masalah sesuai harapan. Jika argumen dan datayang dikemukakan penulis
lemah, pemecahan masalahnya pun jauh dari harapan.
7. Simpulan
Simpulan merupakan bagian dari inti
sari pendahuluan, kerangka teoritis, metodologi penelitian, dan temuan
penelitian. Penulis perlu meringkas pernyataan-pernyataan pokok dan unsur-unsur
dalam karya ilmiah sebelum membuat simpulan. Jadi, simpulan yang dibuat penulis
harus berhubungan dengan unsur-unsur yang terdapat dalam karya ilmiah.
8. Daftar
Pustaka
Daftar pustaka memuat semua
kepustakaan yang digunakan penulis sebagai landasan dalam menyusun karya
ilmiah. Sumber kepustakaan tersebut biasanya digali dari sumber tertulis baik
berupa buku, artikel, dokumen resmi, maupun sumber lain dari internet. Semua
sumber tercetak atau tertulis yang dimuat dalah karya ilmiah harus ditampilkan
dalam daftar pustaka. Sebaliknya, sumber-sumber yang pernah dibaca oleh
penulis, tetapi tidak digunakan di dalam penulisan karya ilmiah tidak boleh
dicantumkan dalam karya ilmiah.
Penulisan daftar pustaka berurutan secara
alfabetis tanpa menggunakan nomor urut. Sumber tertulis yang memerlukan banyak
tempat lebih dari satu baris ditulis dengan jarak satu spasi. Jarak antara
sumber yang satu dengan sumber lain adalah dua spasi. Susunan penulisan daftar
pustaka asalah nama penyusun/pengarang buku, tahun terbit, judul pustaka, kota
terbit, dan penerbit.
Menyajikan Hasil Karya Ilmiah dalam Diskusi
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran
mengenai suatu masalah. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan atau
dipecahkan. Karya ilmiah yang sering menjadi bahan diskusi adalah makalah.
Melalui forum diskusi, masalah dalam makalah dapat terselesaikan lebih baik
karena melibatkan banyak orang.
Diskusi
dapat dilaksanakan secara resmi atau tidak resmi. Sebagai contoh diskusi resmi,
dalam seminar masalah dipaparkan oleh seorang atau beberapa orang yang ditunjuk
oleh panitia berdasarkan keahlian atau penguasaan terhadap masalah yang
dipilih. Orang tersebut biasa disebut pemakalah atau narasumber.
Dalam
kegiatan diskusi, pemakalah bertugas menjelaskan masalah dan pemecahan yang
telah dikemas dalam karya ilmiahnya. Dalam kegiatan ini, pemakalah tidak
membacakan karya ilmiahnya, tetapi menyampaikan secara lisan dengan bahasa yang
mudah dipahami oleh peserta diskusi. Biasanya pemakalah akan membuat power
point yang memuat kata-kata kunci dari isi karya ilmiah yang akan dipaparkan.
Berikut langkah-langkah menyajikan karya ilmiah dalam forum diskusi.
1. Perkenalkan diri kepada peserta diskusi secara singkat dan jelas.
2. Sampaikan masalah umum dari karya ilmiah yang akan dipaparkan.
3. Paparkan pokok-pokok isi masalah dengan bahasa yang mudah dipahami peserta diskusi.
4. Sertakan ilustrasi dan fakta penting yang mendukung masalah yang dipaparkan.
5. Akhiri paparan dengan meyampaikan simpulan dari karya ilmiah tersebut.
Menganalisis Kebahasaan Karya Ilmiah
Karya ilmiah ditulis menggunakan bahasa
Indonesia ragam baku. Bahasa Indonesia ragam baku disebut juga ragam bahasa
ilmu. Ragam bahasa ilmu digunakan para cendekiawan untuk mengomunikasikan ilmu
pengetahuan. Ingat, bahasa dalam karya ilmiah harus tepat, cermat, hemat, dan
logis.
1. Pemilihan
kata
Pemilihan kata mempunyai
peranan penting dalam bahasa. Kata merupakan unsur utama pembangun kalimat.
Tanpa kata, tidak mungkin ada bahasa. Pemilihan kata yang baik dan tepat akan
memudahkan seseorang untuk memahami makna dari kata tersebut, baik lisan maupun
tulisan.
Berikut beberapa aspek
yang perlu diperhatikan saat menggunakan kata dalam karya ilmiah.
a. Bahasa
keseharian, misalnya nongkrong, raun. Kata-kata itu dapat digunakan apabila
sudah menjadi milik umum, misalnya santai dan lugas.
b. Kata
yang mengandung nilai rasa hendaknya dipakai secara cermat dan hati-hati agar
sesuai dengan tempat dan suasana pembicaraan misalnya tunanetra (buta).
c. Kata
yang asing dalam masyarakat harus dihindari, kecuali kalau sudah dipakai oleh
masyarakat misalnya laskar = didaulat.
Kata
dalam karya ilmiah harus bermakna denotasi. Denotasi adalah makna kata yang
tidak mengalami perubahan makna dan sesuai dengan konsep awalnya. Makna kata
denotasi disebut juga makna lugas. Sebaliknya, makna konotasi berarti makna
kata yang telah mengalami pergeseran makna. Pergeseran makna tersebut
berdasarkan perasaan atau pikiran seseorang terhadap suatu peristiwa atau
kejadian yang terjadi disekitarnya.
Berikut
contoh kata yang memiliki perbedaaan makna denotasi dan konotasi.
Denotasi |
Konotasi |
||
Contoh
Kalimat |
Makna |
Contoh
kalimat |
Makna |
Rasa
kopi buatanmu kurang manis |
Rasa
manis |
Ia
memiliki seorang anak gadis yang manis |
Cantik,
rupawan |
Udara
siang ini sangat panas |
Suhu |
Hatinya
sangat panas mengetahui anak laki-lakinya dimarahi warga. |
Emosi,
marah |
Tangan
kanan Dina terkilir saat bermain bulu tangkis |
Anggota
tubuh, tangan sebelah kanan |
Pak
Hasyim menjadi tangan kanan bupati terpilih |
Orang
kepercayaan |
2. Penggunaan
ejaan
Kata penghubung terdiri
atas satu kata. Ada pula yang terdiri atas satu kelompok kata yang berfungsi
untuk menghubungkan (jika perlu) dua buah informasi di dalam satu kalimat.
a. Di
sebagai awalan
Penulisan di- yang berfungsi sebagai awalan pembentuk
kata kerja pasif harus dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Biasanya, kata kerja pasif berawalan di- dapat diuji dengan mengubah menjadi
kata kerja aktif berawalan me(N)-, seperti terdapat dalam beberapa contoh
berikut.
di lakukan → dilakukan
di hitung → dihitung
di peroleh →diperoleh
di bahas →dibahas
di bimbing →dibimbing
di kutip →dikutip
b. Di
sebagai kata depan
Penulisan di- yang berfungsi sebagai kata depan harus
terpisah dengan kata yang mengiringinya. Kata depan di- berfungsi menyatakan
arah atau tempat dan tidak dapat diubah menjadi kata kerja berawalan me(N)-,
seperti terdapat dalam beberapa contoh berikut.
diatas → di atas
kekiri → ke kiri
disamping → di samping
kelokasi → ke lokasi
diantara → di antara
kesini → ke sini
c. Pembentukan
kata
Pembentukan kata dalam penulisa karya ilmiah
kadang-kadang memiliki kesalahan. Imbuhan me(N)- yang dilekati kata dasar
berawalan k, p, t, s menghasilkan bentukan kata yang mengalami peluluhan.
Sebaliknya, imbuhan me(N)- yang dilekati kata dasar berawalan k, p, t, s yang
berupa konsonan ganda menghasilkan bentukan kata yang tidak mengalami
peluluhan. Sementara itu, imbuhan me(N)- yang dilekati dengan kata dasar yang
hanya terdiri atas satu suku kata menghasilkan bentukan imbuhan menge-.
Perhatikan contoh berikut!
mempengaruhi → memengaruhi
mentolak → menolak
mempotong → memotong
menseleksi → menyeleksi
mengeritik →
mengkritik
menyukuri → mensyukuri
mencor → mengecor
mentes → mengetes
d. Penulisan
kata hubung intrakalimat
Penulisan kata hubung dalam kalimat (intrakalimat)
kadang-kadang memiliki kesalahan berkaitan dengan penggunaan tanda koma. Ada
kata hubung intrakalimat yang harus didahului tanda koma dan ada kata hubung
yang tidak boleh didahului tanda koma.
Perhatikan contoh berikut!
… tetapi → …, tetapi
…, sehingga → … sehingga
… sedangkan → …, sedangkan
…, karena → … karena
… melainkan → …, melainkan
…, sebab → … sebab
… seperti → …, seperti
…, walaupun → … walaupun
e. Penggunaan
tanda koma pada kata hubung
Penulisan kata hubung yang terletak di awal kalimat
(antarkalimat) kadang-kadang memiliki kesalahan-kesalahan berkaitan penggunaan
tanda koma. Kata penghubung antarkalimat harus selalu diikuti tanda koma.
Perhatikan contoh berikut!
Jadi… → Jadi, …
Akan tetapi… → Akan tetapi, …
Namun… → Namun, …
Selanjutnya… → Selanjutnya, …
Selain itu… → Selain itu, …
Kemudian… → Kemudian, …
f. Penulisan
gabungan kata
Penulisan gabungan kata yang mendapat imbuhan hanya
pada awalan atau akhiran. Awalan harus dituliskan serangkai dengan kata yang
mengikuti atau mendahuluinya, sedangkan gabungan kata tetap ditulis terpisah.
Jika gabungan kata mendapat imbuhan sekaligus, awalan dan akhiran, gabungan
kata tersebut ditulis serangkai.
Perhatikan contoh berikut!
tanggungjawab → tanggung jawab
tandatangan → tanda tangan
samarata → sama rata
bertanggungjawab → bertanggung jawab
tandatangani → tanda tangani
samaratakan → sama ratakan
pertanggung jawaban → pertanggungjawaban
ditanda tangani → ditandatangani
menyama ratakan → menyamaratakan
g. Kata
baku
Kesalahan aspek kebahasaan lain dalam penulisan karya
ilmiah adalah penggunaan kata dengan aturan bahasa baku tidak sesuai.
Penggunaan kata tidak baku menyebabkan penulisan karya ilmiah tersebut tidak
taat asas secara kebahasaan. Berikut beberapa contoh kesalahan plihan kata yang
tidak sesuai dengan aturan bahasa baku.
analisa → analisi
prosen → persen
hipotesa → hipotesis
fikir → pikir
metoda → metode
aktiv → aktif
sistim → sistem
hakekat → hakikat
azas → asas
managemen → manajemen
kordinasi → koordinasi
kwalitas → kualitas
labolatorium → laboratorium
jaman → zaman
h. Penghematan
kata
Pilihan kata yang tidak mencerminakan kehematan dan
padat isi juga merupakan salah satu bentuk kesalahan yang sering terdapat dalam
karya ilmiah. Berikut beberapa contoh kesalahan pilihan kata yang tidak sesuai
dengan aturan kehematan.
adalah merupakan → adalah atau merupakan (pilih salah
satu)
sejak dari → sejak atau dari
demi untuk → demi atau untuk
agar supaya → agar atau supaya
seperti misalnya → seperti atau misalnya
tujuan daripada penelitian → tujuan penelitian
i. Penggunaan
kata berpasangan
Penggunaan kata berpasangan yang tidak sesuai juga
kerap terdapat dalam karya ilmiah. Berikut beberapa contoh kesalahan pilihan
kata yang tidak sesuai dengan aturan penggunaan kata berpasangan.
baik … ataupun … → baik … maupun …
bukan … tetapi … → bukan … melainkan …
tidak … melainkan → tidak … tetapi …
antara … dengan → antara … dan …
3. Penulisan
kalimat
Kalimat adalah satuan
bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran dan
gagasan yang utuh. Kalimat dalam ragam resmi harus memiliki subjek dan
predikat. Sebjek dan predikat merupakan unsur utama dalam sebuah kalimat.
Apabila tidak memiliki kedua unsur tersebut, bentuk kebahasaannya bukanlah
kalimat, melainkan frasa, kumpulan kata. Dalam menyusun kalimat, Anda harus
memperhatikan unsur subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan.
4. Penulisan
paragraf
Paragraf adalah satuan
bahasa tulis terdiri atas beberapa kalimat. Kalimat-kalimat di dalam paragraf
itu harus disusun secara runtut dan sistematis sehingga dapat dijelaskan
hubungan antara kalimat yang satu dan kalimat lainnya dalam paragraf itu. Dalam
paragraf juga terdapat kalimat penjelas dan kalimat penegas. Kalimat utama bisa
terletak di awal paragraf, di tengah paragraf, di akhir paragraf, di awal dan
diakhir paragraf, atau menyebar di seluruh paragraf.
Mengungkapkan Informasi Berdasarkan Isi Karya Ilmiah
Karya ilmiah memuat informasi berkaitan
dengan masalah yang dipilih penulis. Telah dijelaskan bagian awal bahwa karya
ilmiah yang sering menjadi bahan diskusi berupa makalah. Makalah merupakan
karya ilmiah yang secara khusus dipersiapkan dalam diskusi ilmiah, seperti
symposium, seminar, atau lokakarya. Seperti karya ilmiah lain, makalah terdiri
atas bagian utama berupa pendahuluan, pembahasan, dan simpulan. Sebagai
pengingat, perhatikan sekilas penjelasan berikut.
1. Pendahuluan
Bagian pendahuluan
menguraikan masalah yang akan dibahas penulis. Bagian ini meliputi latar
belakang masalah, perumusan masalah, dan prosedur pemecahan masalah.
2. Pembahasan
Bagian
pembahasan memuat uraian hasil kajian penulis berdasarkan rumusan masalah yang
telah ditentukan. Penulis dapat menyertakan argumentasi dari para ahli untuk
menemukan pemecahan masalah yang telah dirumuskan.
3. Simpulan
Simpulan adalah makna
yang diberikan penulis terhadap hasil pembahasan. Simpulan berbeda dengan
ringkasan isi karya ilmiah. Dalam menyajikan simpulan, penulis mengacu kembali
ke permasalahan yang dirumuskan pada bagian pendahuluan.
Bagian akhir makalah
harus dilengkapi dengan sumber acuan atau daftar pustaka. Sumber acuan adalah
sejumlah sumber yang digunakan dalam penulisan makalah. Sumber acuan dapat
berupa buku, jurnal, majalah, surat kabar, atau laman internet. Masih ingatkah
Anda cara penulisan daftar pustaka?
Perhatikan contoh
berikut!
1. Buku
Terjemahan
Amnstrong, Thomas. 2002. Sekolah Para Juara Menerapkan Multiple Intelligence di Duni Pendidikan. Terj Yudhi Martanto, Bandung: Khalifa
2. Makalah
dalam Seminar
Suganda, Dadang. 2007. “Representasi Tenaga Kerja Wanita Indonesia” dalam Harian Umum Kompas dan Harian Utusan Malaysia. Makalah dalam Simposium Kebudayaan Indonesia Malaysia X. Malaysia, 28 Mei–1 Juni 2015.
3. Skripsi,
Tesis, atau Disertasi
Niniek. 2001. “Pemberitaan Surat Kabar terhadap
Masalah Aceh: Analisis Isi terhadap Masalah
Gerakan Aceh Merdeka” pada Harian Umum Waspada
dan Harian Umum Kompas. Jakarta:
Tesis Universitas Indonesia.
4. Artikel
dalam Jurnal dan Makalah
Moeliono, Anton. 1980. “Bahasa Indonesia dan
Ragam-ragamnya” dalam Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia. Jilid 1.
No.1. Jakarta: Bharatara.
5. Internet
Kim, Y. 2005. Teaching
Korean University Class: Balancing the Processed and The Genre Approach. (http://www.asian-elf-journal.com/June_05_ykandJk.php),
diakses pada 17 Agustus 2017.
Menulis Karya Ilmiah dengan Memperhatikan Sistematika dan Kebahasaan
Karya ilmiah baik berupa artikel, makalah,
hasil penelitian, skripsi, tesis, atau disertasi harus disajikan dengan baik.
Kriteria karya ilmiah yang baik, seperti aktual, faktual, menarik, efektif, dan
efisien. Aktual berarti menjadi topik hangat yang sedang dibicarakan
masyarakat. Faktual berarti berdasarkan fakta atau kenyataan. Menarik berarti enak,
menarik dibaca, perlu membangkitkan minat pembaca untuk mengetahui lebih banyak
dan lebih jauh. Efektif berarti lebih banyak diingat daripada dilupakan dan
efisien berarti lebih sedikit memerlukan waktu daripada usaha.
Sebelum menyusun karya ilmiah, Anda akan
membuat kerangka karya ilmiah. Kerangka karya ilmiah ini sebagai rancangan atau
garis besar karya ilmiah yang bersumber dari bahan-bahan yang telah
dikumpulkan. Bahan-bahan tersebut tidak selalu memiliki bobot yang sama. Oleh
karena itu, bahan itupun perlu diseleksi. Bahan-bahan tersebut dapat diperoleh
dari wawancara dengan narasumber atau dengan membaca.
Berikut ini langkah-langkah yang dapat
Anda lakukan ketika akan menyusun kerangka karya ilmiah.
1. Menentukan
tema atau topik karya ilmiah.
Contoh:
Menjaga lingkungan
2. Membatasi
topik karya ilmiah.
Contoh:
Mewujudkan transportasi ramah lingkungan
3. Menentukan
masalah dan tujuan penelitian.
Contoh:
Masalah yang akan disajikan dalam karya ilmiah sebagai
berikut.
a. Dampak
kendaraan bermotor bagi kesehatan dan lingkungan.
b. Upaya
mengatasi dampak kendaraan bermotor.
Karya ilmiah bertujuan agar setiap orang menyadari
betapa pentingnya menjaga linkungan dengan cara mewujudkan transportasi ramah
lingkungan.
4. Mendaftar
gagasan yang akan dikembangkan dalam karya ilmiah berdasarkan tema atau topik
yang harus dipilih.
Contoh:
a. Pengertian
transportasi ramah lingkungan (berkelanjutan).
b. Dampak
yang ditimbulkan kendaraan bermotor.
c. Perwujudan
transportasi ramah lingkungan.
d. Jenis-jenis
kendaraan ramah lingkungan.
5. Menyusun
kerangka karya ilmiah.
Penyusunan kerangka karya ilmiah bertujuan agar
susunan karya ilmiah sistematis. Langkah ini sangat membantu dalam penelusuran
sumber-sumber yang diperlukan di dalam pengembangannya.
Perhatikan contoh kerangka karya ilmiah berikut!
1. Pendahuluan
a. Dampak
kendaraan bermotor bagi kesehatan dan lingkungan.
b. Upaya
mengatasi dampak kendaraan bermotor.
2. Pembahasan
a. Pengertian
transportasi ramah lingkungan.
b. Mewujudkan
transportasi ramah lingkungan.
c. Jenis
sarana transportasi ramah lingkungan
3. Penutup
6. Mengumpulkan
bahan.
Pengumpulan bahan sangat penting dalam menyusun karya
ilmiah. Lengkah ini berbeda saat kita menyusun karya fiksi yang dapat berupa
imajinasi. Agar karya ilmiah lebih akurat, penulis memerlukan sejumlah teori
dan data yang mendukung terhadap topik yang dipilih. Bahan-bahan yang dapat
dikumpulkan penulis dapat bersumber dari buku, jurnal ilmiah, surat kabar,
internet, dan sumber lainnya. Data dapat diperoleh melalui kegiatan observasi,
wawancara, atau angket.
7. Pengembangan
kerangka karangan menjadi karya ilmiah yang utuh dan lengkap.
Kerangka yang telah dibuat dapat dikembangkan penulis
berdasarkan teori dan data yang telah dipersiapkan sebelumnya. Langkah
pengembangan kerangka karangan harus memperhatikan kaidah-kaidah kebahasaan yang
berlaku dalam penulisan karya ilmiah.
No comments:
Post a Comment