Saturday, February 11, 2023

Karya Tulis Ilmiah-Materi Bahasa Indonesia SMA-Kelas XI Ganjil

 Karya Tulis Ilmiah

Pengertian Karya Tulis Ilmiah

Karya ilmiah merupakan salah satu jenis karya tulis yang berisi berbagai informasi. Informasi tersebut antara lain makalah, laporan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi. Dalam pelajaran ini, Anda akan berlatih untuk menulis makalah. Karya tulis ilmiah berupa makalah yang akan Anda tulis memiliki karakteristik. Karakteristik karya ilmiah tersebut harus Anda pahami terlebih dahulu sebelum Anda mulai menulis.

Karakteristik karya ilmiah sebagai berikut.

1.   Merupakan hasil kajian literatur atau laporan pengamatan dan penelitian.

2.   Menampilkan pemahaman penulis terhadap permasalahan yang dibahas.

3.   Menampilkan kemampuan meramu berbagai sumber informasi ke dalam sebuah karya tulis yang utuh.

Selain memiliki karakteristik, karya ilmiah memiliki ciri-ciri khusus. Ciri-ciri karya tulis ilmiah sebagai berikut.

1.   Logis, yaitu segala keterangan yang disajikan dapat diterima akal.

2.   Sistematis, yaitu segala yang dikemukakan disusun dalam urutan yang menunjukkan kesinambungan.

3.   Objektif, yaitu keterangan yang disajikan menurut apa adanya.

4.   Tuntas, yaitu masalah-masalah yang dimunculkan dikupas secara terperinci dan lengkap.

5.   Kebenarannya dapat diuji.

6.   Berlaku umum, yaitu kesimpulan berlaku bagi semua populasi.

7.   Memakai bahasa baku dan tata tulis yang sesuai dengan kaidah bahasa.

Mengidentifikasi Struktur Karya Ilmiah yang Dibaca

Karya ilmiah dapat ditulis dalam bentuk penyajian. Setiap bentuk penyajian memiliki kelengkapan struktur yang berbeda. Secara umum, bentuk penyajian karya ilmiah yaitu populer, semiformal, dan formal.

1.     Bentuk Populer

Karya ilmiah populer merupakan suatu karya yang ditulis dengan menggunakan bahasa populer. Bahasa populer yang dimaksud yaitu bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat dan menarik untuk dibaca. Karya tulis ilmiah populer menggunakan bentuk, isi, dan bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan. Dengan demikian, karya ilmiah bentuk populer adalah karangan ilmiah yang berisi pembicaraan tentang ilmu pengetahuan dengan teknik penyajian yang sederhana mengenai peristiwa kehidupan sehari-hari.

Sistematika karya ilmiah populer tidak menganut aturan penulisan karya tulis yang baku. Penulis bebas menggunakan bentuk penyajian. Akan tetapi, pada umumnya bentuk penyajiannya sederhana dan singkat. Biasanya bentuk penyajian hanya terdiri atas bagian awal, inti, dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti. Bagian inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan. Sementara itu, bagian penutup berfungsi menutup karya ilmiah. Bagian penutup dapat berupa simpulan atau kritik dan saran.

2.     Bentuk Semiformal

Secara garis besar, karya ilmiah bentuk semiformal meliputi unsur-unsur sebagai berikut.

a.     Halaman judul

b.     Kata pengantar

c.     Daftar isi

d.     Pendahuluan

e.     Pembahasan

f.      Kesimpulan

g.     Daftar pustaka

3.     Bentuk formal

Karya ilmiah bentuk formal disusun dengan memenui unsur-unsur kelengkapan akademis secara lengkap, seperti dalam skripsi, tesis, atau disertasi.

Unsur-unsur karya ilmiah bentuk formal sebagai berikut.

A.     Bagian Awal

1.     Halaman sampai luar

2.     Halaman judul

3.     Halaman pengesahan

4.     Kata pengantar

5.     Abstrak

6.     Daftar isi

B.     Bagian Utama

1.     Pendahuluan

Pendahuluan berisi tentang latar belakang tema yang dibicarakan, rumusan masalah, dan tujuan penulisan.

2.     Isi

Bagian isi dalam karya tulis berisi uraian lengkap dan terperinci tentang tema atau masalah yang diungkapkan. Pengembangan permasalahan ini didukung data agar memberi gambaran yang lebih jelas.

3.     Penutup

Bagian akhir karangan merupakan bagian penutup yang berisi pokok-pokok pikiran yang harus diingat pembaca. Selain itu, bagian penutup merupakan kesimpulan da nisi suatu karangan.

C.     Bagian Akhir

1.     Daftar pustaka

Daftar pustaka ditulis dengan urutan sebagai berikut.

a.     Nama penulis ditulis paling awal. Jika nama penulis terdiri atas dua kata atau lebih, penulisannya dibalik. Caranya, nama belakang penulis ditulis terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan tanda koma. Setelah itu cantumkan nama depan dan tengah penulis buku tersebut.

b.     Tahun terbit.

c.     Judul buku ditulis dengan huruf miring atau diberi garis bawah.

d.     Tempat terbit (kota tempat penerbit).

e.     Nama Penerbit.

Tanda baca yang digunakan.

a.     Tanda koma (,) untuk menandai nama yang dibalik.

b.     Tanda titik (.) digunakan di antara nama penulis, tahun terbit, judul buku, dan nama kota tempat penerbit.

c.     Tanda titik dua (J digunakan di antara kota tempat penerbit dan nama penerbit.

Beberapa unsur karya ilmiah dapat diuraikan sebagai berikut.

1.     Topik

Topik yang disusun harus menarik, aktual, problematik, memiliki pengetahuan dasar, bermanfaat, data mudah diperolehkan, terbatas.

2.     Judul

Judul karya ilmiah harus menarik, singkat, padat, menggambarkan isi, sesuai topik, mengandung kata kerja operasional, tidak bermakna ganda, diungkapkan dalam bentuk frasa. Judul mencerminkan ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, subjek penelitian, dan metode penelitian.

3.     Pendahuluan

Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, indentifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

a.     Latar belakang masalah

Paparan pada latar belakang masalah dimaksudkan untuk menjelaskan alasan timbulnya masalah, baik itu dari segi pengembangan ilmu, kemasyarakatan, maupun dalam kaitan dengan kehidupan pada umumnya.

b.     Rumusan masalah

Masalah adalah peristiwa, fenomena, atau kondisi di lingkungan sekitar yang dianggap perlu pemecahan oleh penulis. Rumusan masalah disajikan dalam bentuk pertanyaan dengan menggunakan kata Tanya mengapa atau bagaimana. Masalah tersebut menjadi fokus pembahasan dalam karya ilmiah tersebut.

c.     Tujuan penulisan karya ilmiah

Tujuan merupakan pernyataan mengenai fokus pembahasan dalam karya ilmiah. Penentuan tujuan penulisan karya ilmiah berdasarkan masalah yang dirumuskan.

d.     Manfaat penulisan karya ilmiah

Manfaat penuisan karya ilmiah disampaikan penulis untuk meyakinkan pembaca. Penulis dapat menyampaikan bahwa manfaat penulisan karya ilmiah salah satunya sebagai pengembangan bidang ilmu atau pihak-pihak tertentu.

4.     Kerangka teoritis

Kerangka teoritis disebut juga kajian pustaka atau curaian teori. Kerangka teoritis diawali dengan mengidentifikasi dan mengkaji berbagai teori yang relevan. Di samping itu, dalam kerangka teoritis perlu dilakukan pengkajian terhadap penelitian-penelitian sebelumnya.

5.     Metodologi penelitian

Metode penelitian diartikan sebagai prosedur atau tahap-tahap penelitian, mulai dari persiapan, penentuan sember data, pengolahan, sampai dengan pelaporannya. Metode penelitian yang digunakan peneliti berbeda-beda tergantung pada tujuan penelitian. Metode penelitian berikut biasa digunakan para peneliti.

a.     Metode deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan menggambarkan fakta dengan apa adanya tanpa ada perlakuan apa pun. Data yang dimaksud dengan berupa fakta yang berupa kuantitatif atau kualitatif.

b.     Metode eksperimen adalah metode penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran atas sebuah gejala atau fenomena setelah mendapat perlakuan (diteliti).

c.     Metode penelitian kelas adalah metode penelitian dengan tujuan untuk memperbaiki persoalan-persoalan yang terjadi pada kelas tertentu, sebagai contoh tentang motivasi belajar dan prestasi belajar peserta didik dalam kompetensi dasar tertentu.

6.     Pembahasan

Bagian pembahasan berisi paparan tentang isi pokok karya ilmiah, terkait denganrumusan masalah yang dikemukakan pada bagian pendahuluan. Rumusan masalah dapat dianalisis oleh data yang diperoleh dari pengamatan atau wawancara. Data yang diperoleh dibahas dengan berbagai sudut pandang dan teori-teoriyang dikemukakan sebelumnya.

Pembahasan data bertujuan menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya. Jika diperlukan, pembahasan dapat didukung oleh grafik dan tabel. Grafik dan table merupakan cara efektif dalam menyajikan data dan informasi. Sajian data dan informasi lebih mudah dipahami jika disajikan dalam bentuk grafik dan tabel.

Penulis perlu menggunakan argumen seperti yang tercantum dalam kerangka teoritis. Argumen penulis harus kuat agar pemecahan masalah sesuai harapan. Jika argumen dan datayang dikemukakan penulis lemah, pemecahan masalahnya pun jauh dari harapan.

7.     Simpulan

Simpulan merupakan bagian dari inti sari pendahuluan, kerangka teoritis, metodologi penelitian, dan temuan penelitian. Penulis perlu meringkas pernyataan-pernyataan pokok dan unsur-unsur dalam karya ilmiah sebelum membuat simpulan. Jadi, simpulan yang dibuat penulis harus berhubungan dengan unsur-unsur yang terdapat dalam karya ilmiah.

8.     Daftar Pustaka

Daftar pustaka memuat semua kepustakaan yang digunakan penulis sebagai landasan dalam menyusun karya ilmiah. Sumber kepustakaan tersebut biasanya digali dari sumber tertulis baik berupa buku, artikel, dokumen resmi, maupun sumber lain dari internet. Semua sumber tercetak atau tertulis yang dimuat dalah karya ilmiah harus ditampilkan dalam daftar pustaka. Sebaliknya, sumber-sumber yang pernah dibaca oleh penulis, tetapi tidak digunakan di dalam penulisan karya ilmiah tidak boleh dicantumkan dalam karya ilmiah.

Penulisan daftar pustaka berurutan secara alfabetis tanpa menggunakan nomor urut. Sumber tertulis yang memerlukan banyak tempat lebih dari satu baris ditulis dengan jarak satu spasi. Jarak antara sumber yang satu dengan sumber lain adalah dua spasi. Susunan penulisan daftar pustaka asalah nama penyusun/pengarang buku, tahun terbit, judul pustaka, kota terbit, dan penerbit.

Menyajikan Hasil Karya Ilmiah dalam Diskusi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Karya ilmiah yang sering menjadi bahan diskusi adalah makalah. Melalui forum diskusi, masalah dalam makalah dapat terselesaikan lebih baik karena melibatkan banyak orang.

Diskusi dapat dilaksanakan secara resmi atau tidak resmi. Sebagai contoh diskusi resmi, dalam seminar masalah dipaparkan oleh seorang atau beberapa orang yang ditunjuk oleh panitia berdasarkan keahlian atau penguasaan terhadap masalah yang dipilih. Orang tersebut biasa disebut pemakalah atau narasumber.

Dalam kegiatan diskusi, pemakalah bertugas menjelaskan masalah dan pemecahan yang telah dikemas dalam karya ilmiahnya. Dalam kegiatan ini, pemakalah tidak membacakan karya ilmiahnya, tetapi menyampaikan secara lisan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta diskusi. Biasanya pemakalah akan membuat power point yang memuat kata-kata kunci dari isi karya ilmiah yang akan dipaparkan.

Berikut langkah-langkah menyajikan karya ilmiah dalam forum diskusi.

1. Perkenalkan diri kepada peserta diskusi secara singkat dan jelas.

2. Sampaikan masalah umum dari karya ilmiah yang akan dipaparkan.

3. Paparkan pokok-pokok isi masalah dengan bahasa yang mudah dipahami peserta diskusi.

4. Sertakan ilustrasi dan fakta penting yang mendukung masalah yang dipaparkan.

5. Akhiri paparan dengan meyampaikan simpulan dari karya ilmiah tersebut.

Menganalisis Kebahasaan Karya Ilmiah

Karya ilmiah ditulis menggunakan bahasa Indonesia ragam baku. Bahasa Indonesia ragam baku disebut juga ragam bahasa ilmu. Ragam bahasa ilmu digunakan para cendekiawan untuk mengomunikasikan ilmu pengetahuan. Ingat, bahasa dalam karya ilmiah harus tepat, cermat, hemat, dan logis.

1.     Pemilihan kata

Pemilihan kata mempunyai peranan penting dalam bahasa. Kata merupakan unsur utama pembangun kalimat. Tanpa kata, tidak mungkin ada bahasa. Pemilihan kata yang baik dan tepat akan memudahkan seseorang untuk memahami makna dari kata tersebut, baik lisan maupun tulisan.

Berikut beberapa aspek yang perlu diperhatikan saat menggunakan kata dalam karya ilmiah.

a.     Bahasa keseharian, misalnya nongkrong, raun. Kata-kata itu dapat digunakan apabila sudah menjadi milik umum, misalnya santai dan lugas.

b.     Kata yang mengandung nilai rasa hendaknya dipakai secara cermat dan hati-hati agar sesuai dengan tempat dan suasana pembicaraan misalnya tunanetra (buta).

c.     Kata yang asing dalam masyarakat harus dihindari, kecuali kalau sudah dipakai oleh masyarakat misalnya laskar = didaulat.

Kata dalam karya ilmiah harus bermakna denotasi. Denotasi adalah makna kata yang tidak mengalami perubahan makna dan sesuai dengan konsep awalnya. Makna kata denotasi disebut juga makna lugas. Sebaliknya, makna konotasi berarti makna kata yang telah mengalami pergeseran makna. Pergeseran makna tersebut berdasarkan perasaan atau pikiran seseorang terhadap suatu peristiwa atau kejadian yang terjadi disekitarnya.

Berikut contoh kata yang memiliki perbedaaan makna denotasi dan konotasi.

Denotasi

Konotasi

Contoh Kalimat

Makna

Contoh kalimat

Makna

Rasa kopi buatanmu kurang manis

Rasa manis

Ia memiliki seorang anak gadis yang manis

Cantik, rupawan

Udara siang ini sangat panas

Suhu

Hatinya sangat panas mengetahui anak laki-lakinya dimarahi warga.

Emosi, marah

Tangan kanan Dina terkilir saat bermain bulu tangkis

Anggota tubuh, tangan sebelah kanan

Pak Hasyim menjadi tangan kanan bupati terpilih

Orang kepercayaan

 

2.     Penggunaan ejaan

Kata penghubung terdiri atas satu kata. Ada pula yang terdiri atas satu kelompok kata yang berfungsi untuk menghubungkan (jika perlu) dua buah informasi di dalam satu kalimat.

a.     Di sebagai awalan

Penulisan di- yang berfungsi sebagai awalan pembentuk kata kerja pasif harus dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya. Biasanya, kata kerja pasif berawalan di- dapat diuji dengan mengubah menjadi kata kerja aktif berawalan me(N)-, seperti terdapat dalam beberapa contoh berikut.

di lakukan → dilakukan

di hitung → dihitung

di peroleh →diperoleh

di bahas →dibahas

di bimbing →dibimbing

di kutip →dikutip

b.     Di sebagai kata depan

Penulisan di- yang berfungsi sebagai kata depan harus terpisah dengan kata yang mengiringinya. Kata depan di- berfungsi menyatakan arah atau tempat dan tidak dapat diubah menjadi kata kerja berawalan me(N)-, seperti terdapat dalam beberapa contoh berikut.

diatas → di atas

kekiri → ke kiri

disamping → di samping

kelokasi → ke lokasi

diantara → di antara

kesini → ke sini

c.     Pembentukan kata

Pembentukan kata dalam penulisa karya ilmiah kadang-kadang memiliki kesalahan. Imbuhan me(N)- yang dilekati kata dasar berawalan k, p, t, s menghasilkan bentukan kata yang mengalami peluluhan. Sebaliknya, imbuhan me(N)- yang dilekati kata dasar berawalan k, p, t, s yang berupa konsonan ganda menghasilkan bentukan kata yang tidak mengalami peluluhan. Sementara itu, imbuhan me(N)- yang dilekati dengan kata dasar yang hanya terdiri atas satu suku kata menghasilkan bentukan imbuhan menge-.

Perhatikan contoh berikut!

mempengaruhi → memengaruhi

mentolak → menolak

mempotong → memotong

menseleksi → menyeleksi

mengeritik  → mengkritik

menyukuri → mensyukuri

mencor → mengecor

mentes → mengetes

d.     Penulisan kata hubung intrakalimat

Penulisan kata hubung dalam kalimat (intrakalimat) kadang-kadang memiliki kesalahan berkaitan dengan penggunaan tanda koma. Ada kata hubung intrakalimat yang harus didahului tanda koma dan ada kata hubung yang tidak boleh didahului tanda koma.

Perhatikan contoh berikut!

… tetapi → …, tetapi

…, sehingga → … sehingga

… sedangkan → …, sedangkan

…, karena → … karena

… melainkan → …, melainkan

…, sebab → … sebab

… seperti → …, seperti

…, walaupun → … walaupun

e.     Penggunaan tanda koma pada kata hubung

Penulisan kata hubung yang terletak di awal kalimat (antarkalimat) kadang-kadang memiliki kesalahan-kesalahan berkaitan penggunaan tanda koma. Kata penghubung antarkalimat harus selalu diikuti tanda koma.

Perhatikan contoh berikut!

Jadi… → Jadi, …

Akan tetapi… → Akan tetapi, …

Namun… → Namun, …

Selanjutnya… → Selanjutnya, …

Selain itu… → Selain itu, …

Kemudian… → Kemudian, …

f.      Penulisan gabungan kata

Penulisan gabungan kata yang mendapat imbuhan hanya pada awalan atau akhiran. Awalan harus dituliskan serangkai dengan kata yang mengikuti atau mendahuluinya, sedangkan gabungan kata tetap ditulis terpisah. Jika gabungan kata mendapat imbuhan sekaligus, awalan dan akhiran, gabungan kata tersebut ditulis serangkai.

Perhatikan contoh berikut!

tanggungjawab → tanggung jawab

tandatangan → tanda tangan

samarata → sama rata

bertanggungjawab → bertanggung jawab

tandatangani → tanda tangani

samaratakan → sama ratakan

pertanggung jawaban → pertanggungjawaban

ditanda tangani → ditandatangani

menyama ratakan → menyamaratakan

g.     Kata baku

Kesalahan aspek kebahasaan lain dalam penulisan karya ilmiah adalah penggunaan kata dengan aturan bahasa baku tidak sesuai. Penggunaan kata tidak baku menyebabkan penulisan karya ilmiah tersebut tidak taat asas secara kebahasaan. Berikut beberapa contoh kesalahan plihan kata yang tidak sesuai dengan aturan bahasa baku.

analisa → analisi

 prosen → persen

hipotesa → hipotesis

fikir → pikir

metoda → metode

aktiv → aktif

sistim → sistem

hakekat → hakikat

azas → asas

managemen → manajemen

kordinasi → koordinasi

kwalitas → kualitas

labolatorium → laboratorium

jaman → zaman

h.     Penghematan kata

Pilihan kata yang tidak mencerminakan kehematan dan padat isi juga merupakan salah satu bentuk kesalahan yang sering terdapat dalam karya ilmiah. Berikut beberapa contoh kesalahan pilihan kata yang tidak sesuai dengan aturan kehematan.

adalah merupakan → adalah atau merupakan (pilih salah satu)

sejak dari → sejak atau dari

demi untuk → demi atau untuk

agar supaya → agar atau supaya

seperti misalnya → seperti atau misalnya

tujuan daripada penelitian → tujuan penelitian

i.      Penggunaan kata berpasangan

Penggunaan kata berpasangan yang tidak sesuai juga kerap terdapat dalam karya ilmiah. Berikut beberapa contoh kesalahan pilihan kata yang tidak sesuai dengan aturan penggunaan kata berpasangan.

baik … ataupun … → baik … maupun …

bukan … tetapi … → bukan … melainkan …

tidak … melainkan → tidak … tetapi …

antara … dengan → antara … dan …

 

3.     Penulisan kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran dan gagasan yang utuh. Kalimat dalam ragam resmi harus memiliki subjek dan predikat. Sebjek dan predikat merupakan unsur utama dalam sebuah kalimat. Apabila tidak memiliki kedua unsur tersebut, bentuk kebahasaannya bukanlah kalimat, melainkan frasa, kumpulan kata. Dalam menyusun kalimat, Anda harus memperhatikan unsur subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan.

4.     Penulisan paragraf

Paragraf adalah satuan bahasa tulis terdiri atas beberapa kalimat. Kalimat-kalimat di dalam paragraf itu harus disusun secara runtut dan sistematis sehingga dapat dijelaskan hubungan antara kalimat yang satu dan kalimat lainnya dalam paragraf itu. Dalam paragraf juga terdapat kalimat penjelas dan kalimat penegas. Kalimat utama bisa terletak di awal paragraf, di tengah paragraf, di akhir paragraf, di awal dan diakhir paragraf, atau menyebar di seluruh paragraf.

 

Mengungkapkan Informasi Berdasarkan Isi Karya Ilmiah

Karya ilmiah memuat informasi berkaitan dengan masalah yang dipilih penulis. Telah dijelaskan bagian awal bahwa karya ilmiah yang sering menjadi bahan diskusi berupa makalah. Makalah merupakan karya ilmiah yang secara khusus dipersiapkan dalam diskusi ilmiah, seperti symposium, seminar, atau lokakarya. Seperti karya ilmiah lain, makalah terdiri atas bagian utama berupa pendahuluan, pembahasan, dan simpulan. Sebagai pengingat, perhatikan sekilas penjelasan berikut.

1.     Pendahuluan

Bagian pendahuluan menguraikan masalah yang akan dibahas penulis. Bagian ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, dan prosedur pemecahan masalah.

2.     Pembahasan

Bagian pembahasan memuat uraian hasil kajian penulis berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan. Penulis dapat menyertakan argumentasi dari para ahli untuk menemukan pemecahan masalah yang telah dirumuskan.

3.     Simpulan

Simpulan adalah makna yang diberikan penulis terhadap hasil pembahasan. Simpulan berbeda dengan ringkasan isi karya ilmiah. Dalam menyajikan simpulan, penulis mengacu kembali ke permasalahan yang dirumuskan pada bagian pendahuluan.

 

Bagian akhir makalah harus dilengkapi dengan sumber acuan atau daftar pustaka. Sumber acuan adalah sejumlah sumber yang digunakan dalam penulisan makalah. Sumber acuan dapat berupa buku, jurnal, majalah, surat kabar, atau laman internet. Masih ingatkah Anda cara penulisan daftar pustaka?

Perhatikan contoh berikut!

1.     Buku Terjemahan

Amnstrong, Thomas. 2002. Sekolah Para Juara Menerapkan Multiple Intelligence di Duni Pendidikan. Terj Yudhi Martanto, Bandung: Khalifa

2.     Makalah dalam Seminar

Suganda, Dadang. 2007. “Representasi Tenaga Kerja Wanita Indonesia” dalam Harian Umum Kompas dan Harian Utusan Malaysia. Makalah dalam Simposium Kebudayaan Indonesia Malaysia X. Malaysia, 28 Mei–1 Juni 2015.

3.     Skripsi, Tesis, atau Disertasi

Niniek. 2001. “Pemberitaan Surat Kabar terhadap Masalah Aceh: Analisis Isi terhadap           Masalah Gerakan Aceh Merdeka” pada Harian Umum Waspada dan Harian Umum Kompas. Jakarta: Tesis Universitas Indonesia.

4.     Artikel dalam Jurnal dan Makalah

Moeliono, Anton. 1980. “Bahasa Indonesia dan Ragam-ragamnya” dalam Majalah            Pembinaan Bahasa Indonesia. Jilid 1. No.1. Jakarta: Bharatara.

5.     Internet

Kim, Y. 2005. Teaching Korean University Class: Balancing the Processed and The Genre Approach. (http://www.asian-elf-journal.com/June_05_ykandJk.php), diakses pada 17     Agustus 2017.

 

Menulis Karya Ilmiah dengan Memperhatikan Sistematika dan Kebahasaan

Karya ilmiah baik berupa artikel, makalah, hasil penelitian, skripsi, tesis, atau disertasi harus disajikan dengan baik. Kriteria karya ilmiah yang baik, seperti aktual, faktual, menarik, efektif, dan efisien. Aktual berarti menjadi topik hangat yang sedang dibicarakan masyarakat. Faktual berarti berdasarkan fakta atau kenyataan. Menarik berarti enak, menarik dibaca, perlu membangkitkan minat pembaca untuk mengetahui lebih banyak dan lebih jauh. Efektif berarti lebih banyak diingat daripada dilupakan dan efisien berarti lebih sedikit memerlukan waktu daripada usaha.

Sebelum menyusun karya ilmiah, Anda akan membuat kerangka karya ilmiah. Kerangka karya ilmiah ini sebagai rancangan atau garis besar karya ilmiah yang bersumber dari bahan-bahan yang telah dikumpulkan. Bahan-bahan tersebut tidak selalu memiliki bobot yang sama. Oleh karena itu, bahan itupun perlu diseleksi. Bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dari wawancara dengan narasumber atau dengan membaca.

Berikut ini langkah-langkah yang dapat Anda lakukan ketika akan menyusun kerangka karya ilmiah.

1.       Menentukan tema atau topik karya ilmiah.

Contoh:

Menjaga lingkungan

2.       Membatasi topik karya ilmiah.

Contoh:

Mewujudkan transportasi ramah lingkungan

3.       Menentukan masalah dan tujuan penelitian.

Contoh:

Masalah yang akan disajikan dalam karya ilmiah sebagai berikut.

a.     Dampak kendaraan bermotor bagi kesehatan dan lingkungan.

b.     Upaya mengatasi dampak kendaraan bermotor.

Karya ilmiah bertujuan agar setiap orang menyadari betapa pentingnya menjaga linkungan dengan cara mewujudkan transportasi ramah lingkungan.

4.       Mendaftar gagasan yang akan dikembangkan dalam karya ilmiah berdasarkan tema atau topik yang harus dipilih.

Contoh:

a.     Pengertian transportasi ramah lingkungan (berkelanjutan).

b.     Dampak yang ditimbulkan kendaraan bermotor.

c.     Perwujudan transportasi ramah lingkungan.

d.     Jenis-jenis kendaraan ramah lingkungan.

5.       Menyusun kerangka karya ilmiah.

Penyusunan kerangka karya ilmiah bertujuan agar susunan karya ilmiah sistematis. Langkah ini sangat membantu dalam penelusuran sumber-sumber yang diperlukan di dalam pengembangannya.

Perhatikan contoh kerangka karya ilmiah berikut!

1.     Pendahuluan

a.     Dampak kendaraan bermotor bagi kesehatan dan lingkungan.

b.     Upaya mengatasi dampak kendaraan bermotor.

2.     Pembahasan

a.     Pengertian transportasi ramah lingkungan.

b.     Mewujudkan transportasi ramah lingkungan.

c.     Jenis sarana transportasi ramah lingkungan

3.     Penutup

6.       Mengumpulkan bahan.

Pengumpulan bahan sangat penting dalam menyusun karya ilmiah. Lengkah ini berbeda saat kita menyusun karya fiksi yang dapat berupa imajinasi. Agar karya ilmiah lebih akurat, penulis memerlukan sejumlah teori dan data yang mendukung terhadap topik yang dipilih. Bahan-bahan yang dapat dikumpulkan penulis dapat bersumber dari buku, jurnal ilmiah, surat kabar, internet, dan sumber lainnya. Data dapat diperoleh melalui kegiatan observasi, wawancara, atau angket.

7.       Pengembangan kerangka karangan menjadi karya ilmiah yang utuh dan lengkap.

Kerangka yang telah dibuat dapat dikembangkan penulis berdasarkan teori dan data yang telah dipersiapkan sebelumnya. Langkah pengembangan kerangka karangan harus memperhatikan kaidah-kaidah kebahasaan yang berlaku dalam penulisan karya ilmiah.

 

 

No comments:

Post a Comment

Teks Argumentasi-Materi Bahasa Indonesia SMA-Kelas XI Ganjil

   Teks Argumentasi Pengertian Teks Argumentasi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), argumentasi merupakan alasan untuk memperkuat ata...