Teks Negosiasi
Pengertian Negosiasi
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, negosiasi berarti proses tawar-menawar dengan jalan
berunding guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau
organisasi) dan pihak (kelompok atau organiasi) lainnya.
Dari pengertian tersebut,
dapat disimpulkan bahwa negosiasi adalah proses yang ditimbulkan oleh adanya
unsur dua pihak yang, perbedaan, dan keinginan untuk berunding.
Jenis Negosiasi
Berdasarkan situasinya,
negosiasi dibagi menjadi dua, yaitu negosiasi formal dan negosiasi informal.
1. Negosiasi Formal
Negosiasi formal merupakan negosiasi yang
terjadi dalam situasi formal. Ciri-ciri negosiasi formal adalah adanya
perjanjian atau hitam di atas putih yang sah secara hukum. Berdasarkan
perjanjian tersebut, kedua pihak dilindungi oleh hukum. Oleh karena itu,
pelanggaran terhadap perjanjian yang telah disepakati dapat diperkarakan di
ranah hukum. Contoh negosiasi formal adalah negosiasi kerja sama antardua
perusahaan.
2. Negosiasi
Informal
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering
bernegosiasi. Negosiasi dapat terjadi di mana saja, kapan saja, dan dengan
siapa saja, misalnya negosiasi antara ayah dan anak. Sebagai contoh, seorang
anak dilarang ayahnya bermain dengan temannya karena nilai rapornya buruk. Si
anak meminta kepada ayahnya agar diizinkan kembali bermain dengan temannya. Si
anak menjelaskan argumentasinya. Pada awalnya sang ayah tetap tidak
membolehkannya. Namun, kesepakatan dicapai. Si anak boleh bermain dengan
temannya kembali dengan beberapa syarat yang diajukan sang ayah. Negosiasi ini
tidak membutuhkan perjanjian khusus yang melibatkan hukum.
Berdasarkan untung
ruginya, negosiasi dibagi menjadi empat, yaitu kolaborasi, dominasi, akomodasi,
dan menghindari konflik.
1. Negosiasi
Kolaborasi
Negosiasi kolaborasi menggabungkan
kepentingan antarnegosiator. Negosiasi ini disebut juga negosiasi win-win.
2. Negosiasi Dominasi
Dalam negosiasi dominasi, negosiator
mendapatkan keuntungan besar dari kesepakatan yang dicapai. Sementara itu,
pihak lawan negosiasi mendapatkan keuntungan yang lebih kecil. Negosiasi ini
disebut negosiasi win-lose.
3. Negosiasi
Akomodasi
Dalam negosiasi akomodasi, negosiator
mendapatkan keuntungan sangat kecil bahkan mengalami kerugian. Sementara itu,
pihak lawan negosiasi mendapatkan keuntungan lebih besar, bahkan memperoleh
100% keuntungan. Kerugian ini disebabkan oleh kegagalan negosiator dalam
bernegosiasi sehingga ia tidak memperoleh keuntungan. Negosiasi ini disebut
juga negosiasi lose-win.
4. Negosiasi Menghindari Konflik
Dalam negosiasi ini, kedua negosiator menghindari konflik yang muncul. Akibatnya, kedua pihak tidak bersepakat untuk menyelesaikan konflik.
Ciri Negosiasi
1. Adanya
partisipan yang memiliki kepentingan masing-masing.
2. Adanya
perbedaan kepentingan dari kedua pihak. Kedua kepentingan dari partisipan dalam
negosiasi saling bertolak belakang. Keadaan tersebut menyebabkan perbedaan
kedua pihak, tetapi dalam kepentingan yang sama.
3. Adanya
pengajuan dan penawaran. Pengajuan dan penawaran dilakukan dengan menyampaikan
argumen yang kuat. Pihak yang mempunyai argumen lebih kuat dalam proses
negosiasi akan lebih besar kesempatannya memenangkan suatu negosiasi.
4. Adanya
kesepakatan sebagai hasil negosiasi.
Menjelaskan Cara Menyampaikan Pengajuan dan Penawaran
1. Keterampilan
Berbicara
a.
Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang
terdapat dalam diri seseorang, baik secara fisik maupun nonfisik. Secara fisik,
faktor internal berupa kelengkapan organ bicara. Seperti pita suara, lidah,
bibir, dan gigi. Secara nonfisik, faktor internal berupa karakter, bakat, dan
pola piker. Faktor internal merupakan modal dasar dalam berbicara.
b.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor-faktor
di luar diri seseorang. Faktor eksternal dapat berupa pendidikan dan lingkungan
pergaulan. Dibandingkan orang tidak berpendidikan, orang berpendidikan tinggi
cenderung memiliki keterampilan berbicara yang lebih baik.
2. Berbicara
Efektif
a. Pembuka
Bagian pembuka mengawali pembicaraan.
Bagian ini merupakan pengantar sebelum memasuki isi pembicaraan. Negosiator
perlu melakukan pembukaan agar tidak tergesa-gesa.
b. Isi
Negosiator dapat langsung ke isi
pembicaraan setelah melakukan pembukaan. Negosiator harus fokus dalam
menyampaikan topik pembicaraan. Topik yang tidak berkaitan dengan pembicaraan
hendaknya tidak perlu disampaikan dalam bernegosiasi. Akan tetapi, negosiator
harus memperhatikan keefektifan tuturannya.
c. Penutup
Bagian ini merupakan tanda bahwa
negosiator memberikan kesempatan lawan bicara untuk menyampaikan gagasannya.
3. Prasyarat
Organis
Prasyarat organis berhubungan dengan
pengaturan napas, pengaturan suara, dan gerakan tubuh. Pengaturan tersebut
diperlukan negosiator dalam bernegosiasi. Pengaturan tersebut akan memengaruhi
sikap lawan negosiasi. Negosiator yang tidak dapat mengatur unsur-unsur
tersebut akan dianggap tidak percaya diri dan canggung.
a. Pengaturan
Napas
Pengaturan napas diperlukan dalam
bernegosiasi. Negosiasi membutuhkan napas panjang ketika menyampaikan dengan
kalimat panjang. Negosiator yang tidak pandai mengatur napas akan
terengah-engah setelah berbicara. Peristiwa tersebut akan mengurangi
kepercayaan dari lawan negosiasi.
b. Pengaturan
Suara
Negosiator harus dapat mengatur dengan
baik suaranya. Pengaturan suara dimaksudkan memberikan kesan kepada lawan
bicara. Negosiator harus mampu mengatur intonasi dan nada bicaranya. Kecepatan
bicara juga diatur agar tidak terkesan terburu-buru. Selain itu, volume suara
juga disesuaikan dengan situasi dalam bernegosiasi.
c. Pengaturan
Tubuh
Gerakan tubuh merupakan salah satu komunikasi
nonverbal. Gerakan tubuh dapat dijadikan alat bantu negosiator untuk
menyampaikan suatu argumen. Selain Gerakan tubuh, negosiator juga harus
memperhatikan ekspresi wajah. Ekspresi wajah menunjukkan gambaran hati
negosiator. Ketenangan atau kegugupan seorang negosiator tecermin dari ekspresi
wajahnya.
4. Prasyarat
Bahasa
a. Dinamika
Bicara
Dinamika sangat diperlukan dalam
berbicara. Seorang negosiator harus memperhatikan dinamika dalam menyampaikan
argumen atau penawaran dalam negosiasi. Dinamika dalam bernegosiasi dapat
diartikan sebagai tindakan negosiator dalam mengatur resonansi dan tempo
ucapannya. Selain itu, seorang negosiator harus memperhatikan artikulasi.
Artikulasi seorang negosiator harus jelas agar lawan negosiasi dapat
mendengarkan ucapan negosiator dengan jelas.
b. Ritme
Suara
Ritme disebut juga irama. Ritme dapat
digunakan negosiator untuk mencairkan suasana, seperti memasukkan unsur humor
atau sendu gurau dalam suatu negosiasi. Selain itu, ritme juga dapat menjadi
ciri khas seorang negosiator.
c. Diksi
Seorang negosiator pasti memiliki diksi
atau pilihan kata yang berbeda-beda. Negosiator harus cerdas dalam memilih
diksi. Kesalahan penggunaan diksi dapat mengaburkan arti kata. Lawan bicara
akan tidak memahami maksud yang ingin diungkapkan negosiator. Oleh karena itu,
seorang negosiator yang baik harus memiliki banyak perbendaharaan kata agar
dapat memilih kata tepat untuk menyampaikan maksud tujuannya.
d. Susunan
Kalimat
Susunan kalimat yang baik adalah susunan kata yang
mudah dipahami oleh lawan bicara. Susunan kalimat hendaknya dibuat pendek.
Susunan kalimat pendek lebih mudah dimengerti lawan bicara daripada susunan
kalimat panjang. Susunan kalimat panjang akan membingungkan lawan bicara. Lawan
bicara sulit mengerti maksud yang disampaikan negosiator.
Menjelaskan Pengajuan, Penawaran, dan Persetujuan dalam Teks Negosiasi
Negosiasi pada intinya
digunakan untuk memecahkan permasalahan lewat sebuah perundingan. Perundingan
dimaksudkan agar kedua belah pihak dapat merasa diuntungkan. Negosiasi
ditentukan oleh beberapa faktor, baik dari negosiator maupun pendapat yang
disampaikan.
1. Trik Negosiasi
Seorang negosiator ulung mempunyai trik
atau siasat melakukan negosiasi. Agar negosiasi dapat berjalan sesuai rencana,
negosiator dapat melakukan tindakan sebagai berikut.
a. Membuat
suasana menjadi santai.
b. Melakukan
kontak mata dengan lawan negosiasi.
c. Berbicara
dengan santun.
d. Menggunakan
kalimat penghubung secara jelas untuh beralih topik.
e. Mengambil
kesimpulan secara tepat.
2. Aspek-Aspek
yang Perlu Diperhatikan Negosiator
Sebelum dan ketika melakukan negosiasi,
ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan oleh seorang negosiator.
a. Penampilan
Penampilan merupakan cerminan diri.
Penampilan yang sopan memberi kesan positif seorang negosiator. Penampilan
tidak sopan dinilai negatif oleh lawan negosiasi. Akibatnya, penilaian tersebut
berpengaruh terhadap keputusan yang diambil lawan negosiasi.
b. Sikap
Negosiator harus bersikap santun. Sikap
santun akan menciptakan suasana yang bersahabat antarnegosiator. Akibatnya,
timbul rasa percaya antarnegosiator.
c. Bicara
Negosiator harus dapat berbicara secara
lancar. Seorang negosiator yang pandai berbicara akan dapat menyampaikan maksudnya
dengan jelas. Selain itu, negosiator juga harus dapat berbicara secara efektif.
Kecakapan seorang negosiator dalam menggunakan kalimat efektif akan
mengefektifkan waktu negosiasi.
d. Wawasan
Negosiator yang baik harus berwawasan
luas. Wawasan dapat digunakan untuk mencari solusi dari masalah yang dinegosiasikan.
Salah satu cara meningkatkan wawasan negosiator adalah membaca banyak buku.
e. Bahasa
Negosiator harus mampu menguasai bahasa
Indonesia baik dan benar. Penguasaan bahasa Inggris juga diperhatikan.
Penguasaan bahasa Inggris dapat menambah nilai plus negosiator.
3. Pendapat dan Komentar
Dalam negosiasi terjadi penyampaian
pendapat dan komentar. Dalam menyampaikan pendapat dan komentar, seorang
negosiator harus menggunakan bahasa yang santun. Oleh karena itu, negosiator
harus memperhatikan beberapa aspek berikut.
a. Pendapat
dan komentar disampaikan secara padat dan tersusun dengan baik.
b. Pendapat
dan komentar terarah pada sasaran diinginkan.
c. Pendapat
dan komentar menggunakan kata-kata tepat dan sederhana.
d. Pendapat
dan komentar menggunakan kalimat komunikatif dan mudah dipahami.
e. Pendapat
dan komentar menggunakan alasan logis dan objektif.
f. Pendapat
dan komentar menggunakan bahasa santun agar tidak menyinggung perasaan orang
lain.
g. Pendapat
dan komentar disertai bukti atau fakta.
h. Menghindari
tuturan mengandung ejekan, baik langsung maupun tidak langsung.
4. Kesantunan Bernegosiasi
Sopan santun merupakan perilaku penting
dalam negosiasi. Sopan santun sangat diperlukan dalam memenangi negosiasi.
Berikut beberapa perilaku santun dalam bernegosias.
a. Sabar
Dalam suatu negosiasi pasti terjadi
konflik. Sikap sabar sangat membantu dalam memenangkan suatu negosiasi.
Kesabaran dalam suatu negosiasi dapat ditunjukkan dengan tidak memotong
pembicaraan lawan negosiasi. Negosiator
harus menunggu kesempatan untuk menjawab perkataan lawan negosiasinya. Memotong
pembicaraan dinilai tidak sopan. Perilaku tersebut dapat menjatuhkan negosiator
di hadapan lawan negosiasinya.
b. Tidak
memperlihatkan rasa jemu
Kesepakatan yang tidak kunjung tercapai
dapat mengakibatkan rasa jemu. Jika negosiator, mengalami rasa jemu, sebaiknya
ia tidak memperlihatkan kepada lawan negosiasinya. Lawan negosiasi akan
tersinggung jika mengetahui perasaan tersebut. Akibatnya, kesepakatan gagal
tercapai.
c. Tidak
bicara terus-menerus
Berbicara secara terus-menerus merupakan
sikap tidak santun. Negosiator harus memberi lawan negosiasi untuk berbicara. Negosiator
yang berbicara terus-menerus akan menjadi dominan. Akibatnya, lawan negosiasi
akan kesulitan dalam menyampaikan maksud-maksudnya.
d. Tidak
membicarakan diri sendiri
Tindakan membicarakan diri sendiri dalam
bernegosiasi memunculkan kesan sombong. Tindakan tersebut juga dianggap sebagai
strategi negatif oleh lawan negosiasi.
e. Tidak
membicarakan keburukan lawan negosiasi
Seorang negosiator tidak boleh membicarakan
keburukan lawan negosiasi. Tindakan tersebut akan dianggap sebagai suatu
serangan oleh lawan negosiasi. Tindakan tersebut akan dianggap sebagai tindakan
negatif. Selain itu, membicarakan keburukan lawan negosiasi merupakan tindakan
yang jauh dari sikap santun yang diutamakan dalam suatu negosiasi.
f. Tidak
menggunakan bahasa daerah
Dalam melakukan suatu negosiasi, seorang
negosiator hendaknya menghindari penggunaan bahasa daerah. Penggunaan bahasa
daerah perlu dihindari agar tidak terjadi kesalahpahaman antarnegosiator. Dalam
bernegosiasi bahasa yang digunakan adalah bahasa nasional, seperti bahasa
Indonesia.
g. Fokus
terhadap topik penting
Fokus terhadap topik penting berhubungan
dengan keefektifan dalam suatu negosiasi. Topik yang tidak berkaitan dengan
tema negosiasi hendaknya dihindari.
h. Tidak
merasa diri paling benar
Negosiasi merupakan proses penyatuan
gagasan untuk mencapai kesepakatan. Sikap tersebut dianggap tidak santun karena
pendapat lawan negosiasi selalu dianggap salah. Akibatnya, kesepakatan dalam
suatu negosiasi akan sulit tercapai.
5. Pujian dalam Negosiasi
Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang senang
dipuji. Seorang negosiator dapat melakukan pujian kepada lawan negosiasinya.
Dalam memuji lawan negosiasi, negosiator menggunakan kata yang sopan. Kata yang
sopan tersebut disertai dengan alasan memuji lawan negosiasi. Akan tetapi,
terlalu sering memuji juga tidak baik dalam suatu negosiasi.
Menganalisis Faktor Penentu Keberhasilan Negosiasi
Negosiator mempunyai
peranan penting dalam suatu negosiasi. Suatu negosiasi yang sukses dapat
dilihat dengan beberapa faktor. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan
sebuah negosiasi sebagai berikut.
1. Kesediaan
untuk berkompromi dengan pihak lain.
2. Tidak
ada pihak yang dirugikan.
3. Kesepakatan
yang dicapai mampu memengaruhi pihak lain.
4. Alasan
yang disertakan mampu memengaruhi pihak lain.
Faktor-faktor
tersebut dapat muncul semua dalam proses negosiasi atau hanya muncul beberapa
saja. Artinya, dalam suatu teks negosiasi terdapat satu faktor atau lebih yang
menentukan keberhasilan negosiasi.
Pola
Penyajian Negosiasi
1. Negosiasi
Lisan
Negosiasi lisan adalah jenis negosiasi
yang dilakukan dalam ragam lisan. Negosiator berperan penting dalam melakukan
negosiasi secara lisan. Negosiator membutuhkan keahlian dalam berbicara dan
berunding.
a. Pembuka
Tahapan ini berisi perkenalan diri para
negosiator. Dengan adanya perkenalan tersebut, diharapkan negosiasi dapat
berlangsung secara hangat dan bersahabat. Selain untuk menciptakan suasana bersahabat,
tahapan ini juga dapat digunakan seorang negosiator untuk menjajaki lawan
negosiasinya. Pada akhirnya, seorang negosiator dapat menyesuaikan diri dengan
situasi dan lawan negosiasi yang dihadapi.
b. Negosiasi
Tahapan ini merupakan inti dari suatu
negosiasi. Proses negosiasi dimulai dengan menjelaskan tujuan negosiasi. Proses
ini dilakukan agar negosiator dapat memahami tujuan lawan negosiasi dan juga
sebaliknya. Jika tujuan telah dijabarkan, pihak yang bernegosiasi akan saling
berunding hingga mencapai tujuan akhir, yaitu tercapainya suatu kesepakatan.
c. Penutup
Negosiasi dapat dikatakan sukses apabila
berakhir dengan kesepakatan. Kesepakatan hendaknya ditulis dalam butir-butir
yang jelas. Kesepakatan ini akan memudahkan tindakan lanjut yang akan
dilaksanakan. Namun, jika negosiasi tidak berakhir dengan kesepakatan,
negosiator harus berbesar jiwa. Sebaiknya negosiasi diawali dan diakhiri dengan
proses yang baik. Para negosiator tetap bersikap positif dan tidak saling
bermusuhan.
2. Negosiasi
Tulis
Negosiasi tulis merupakan bentuk negosiasi
dalam ragam bahasa tulis. Ragam bahasa tulis digunakan untuk melengkapi
negosiasi lisan secara formal. Negosiasi tulis berguna untuk mencapai
persetujuan dengan jalan menggunakan ragam tulis, baik proposal maupun surat.
a. Proposal
Proposal merupakan salah satu bentuk
negosiasi tulis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, proposal adalah
rencana yang dituangkan dalam bentuk rancangan kerja. Rancangan kerja tersebut
digunakan untuk melakukan suatu kegiatan. Kegiatan tersebut membutuhkan dana
agar kegiatan dapat terlaksana.
Proposal berisi rincian kegiatan. Pihak
lawan negosiasi dapat menentukan persetujuannya berdasarkan proposal yang
diajukan. Proposal memiliki beberapa bagian atau struktur. Berikut struktur
proposal kegiatan.
1) Halaman
judul
Halaman judul berisi nama kegiatan. Selain
itu, bagian ini berisi informasi pihak penyelenggara kegiatan.
2) Latar
belakang
Latar belakang berisi alasan
penyelenggaraan kegiatan. Alasan harus dapat meyakinkan pihak lawan negosiasi.
Oleh karena itu, alasan harus logis, tidak mengada-ada.
3) Tujuan
kegiatan
Tujuan kegiatan dirumuskan berdasarkan
latar belakang kegiatan. Bagian ini dapat dibuat dalam bentuk perincian.
Semakin menarik tujuan kegiatan, semakin besar kesempatan proposal tersebut disetujui.
4) Tema
dan nama kegiatan
Bagian ini berisi tema dan nama kegiatan
yang akan dilaksanakan. Nama kegiatan disesuaikan dengan temanya. Penyelenggara
dapat memilih satu dari berbagai tema, misalnya tema sosial.
5) Jenis
kegiatan
Bagian ini berisi jenis kegiatan yang akan
dilaksanakan. Salah satu contohnya adalah kegiatan yang diadakan rutin,
misalnya kejuaraan yang diselenggarakan dua tahun sekali.
6) Peserta
Bagian ini berisi kriteria orang yang
mengikuti kegiatan tersebut. Peserta kegiatan disesuaikan dengan tema kegiatan.
Sebagai contoh, kegiatan penyuluhan bahaya narkoba di kalangan pelajar dihadiri
oleh peserta yang berstatus pelajar.
7) Penyelenggara
Bagian ini berisi nama organisasi atau
lembaga yang mengadakan kegiatan. Di bagian ini juga dicantumkan nomor kontak
untuk menghubungi penyelenggara. Selain itu, alamat sekretariat organisasi atau
lembaga dicantumkan.
8) Susunan
acara
Bagian ini berisi susunan acara dari awal
hingga akhir kegiatan. Susunan acara harus dibuat secara urut.
9) Susunan
panitia
Bagian ini berisi susunan kepanitiaan yang
dibentuk. Susunan panitia ditulis dari ketua hingga anggota-anggota.
10) Rencana
anggaran
Bagian ini berisi perincian pemasukan, penggunaan,
dan pengeluaran dana. Penyelenggara harus berhati-hati dalam membuat anggaran dana
agar pihak lawan negosiasi tidak mencurigai adanya kecurangan-kecurangan. Salah
satu bentuk kecurangan dalam bagian ini adalah permohonan dana yang berlebihan
untuk suatu kegiatan.
11) Penutup
Bagian ini berisi harapan negosiator agar
pihak lawan negosiasi menyetujui proposal tersebut. Di bagian bawah proposal
terdapat terdapat tempat dan waktu pembuatan proposal. Sementara itu,
lampiran-lampiran dapat diletakkan setelah bagian penutup.
Dalam beberapa kasus, pihak lawan
negosiasi menyetujui proposal kegiatan yang diajukan dengan syarat tertentu.
Syarat tersebut dapat berupa perevisian proposal. Terdapat beberapa bagian yang
berpeluang untuk direvisi, misalnya anggaran dana dan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan.
b. Surat
Resmi
Negosiasi tulis bukan hanya berbentuk proposal. Selain
proposal, negosiasi tulis ada yang berbentuk surat resmi. Namun, tidak semua
surat resmi termasuk negosiasi tulis. Surat resmi yang termasuk dalam negosiasi
tulis adalah surat niaga. Surat niaga dapat berupa surat penawaran, surat
pesanan, dan surat permintaan.
Unsur-Unsur Surat Penawaran
Struktur surat resmi
mencakup unsur-unsur berikut ini.
1. Kepala
surat
Kepala surat disebut juga kop surat.
Kepala surat menunjukkan identitas singkat tentang kantor. Bagian ini terletak
di sebelah atas tengah surat. Bagian ini terletak di halaman pertama surat. Di
halaman berikutnya, kepala surat tidak perlu ditulis. Kepala surat berisi
beberapa unsur, yaitu nama instansi, lambang atau logo Lembaga, alamat, kode
pos, dan nomor telepon instansi atau perusahaan.
2. Tempat
dan tanggal surat
Bagian ini berisi tempat dan tanggal
Ketika surat ditulis. Fungsi bagian ini untuk mempermudah pengarsipan surat.
Akan tetapi, jika kedua unsur tersebut telah ditulis di kop surat, bagian ini
tidak perlu ditulis kembali. Letak bagian ini di sebelah kanan atas di bawah
kop surat.
3. Nomor
surat
Nomor surat meliputi nomor urut penulisan
surat, kode surat, bulan, dan tahun. Nomor surat memiliki beberapa fungsi
berikut.
a. Mengetahui
banyak surat yang ditulis.
b. Memudahkan
pengarsipan.
c. Mempercepat
proses penyelesaian.
4. Hal/perihal
Hal/perihal berisi persoalan yang akan
dibicarakan dalam surat. Bagian ini bermanfaat bagi pembaca surat. Pembaca
surat akan mudah mengetahui isi surat berdasarkan bagian ini. Bagian ini
ditulis dengan huruf kapital di setiap awal kata.
5. Lampiran
Lampiran merupakan berkas-berkas yang
disertakan dalam sebuah surat. Jika sebuah surat tidak disertai lampiran,
bagian ini tidak perlu ditulis.
6. Alamat
surat
Bagian ini berisi tujuan penulisan surat.
Surat ditujukan kepada orang tertentu yang diharapkan membaca surat tersebut.
Alamat surat sebaiknya ditulis lengkap. Alamat surat didahului dengan Yth. Kata
kepada tidak perlu ditambahkan karena merupakan pemborosan kata.
7. Salam
pembuka
Salam pembuka diawali dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda koma. Bagian ini ditulis di sebelah kiri.
8. Isi
surat
Isi surat terdiri atas tiga bagian
paragraph, yaitu pembuka, isi, penutup. Paragraf pembuka sering diawali dengan
ini, bersama ini, atau berkenaan dengan. Berikut merupakan
beberapa fungsi paragraf pembuka.
a. Pengantar
untuk menyampaikan maksud surat.
b. Menarik
perhatian pembaca surat.
c. Menghubungkan
surat atau pembicaraan sebelumnnya.
9. Salam
penutup
Salam penutup terpisah dengan bagian
paragraf penutup. Bagian paragraf penutup termasuk dalam isi surat, sedangkan
salam penutup merupakan bagian tersendiri. Salam penutup ditulis di bawah
bagian isi surat. Salam penutup diawali dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda koma.
10. Nama
pengirim dan tanda tangan
Pengirim surat merupakan pihak yang menulis surat.
Dalam surat resmi, bagian ini disertai dengan identitas kedinasan, seperti
nomor induk karyawan (NIK), jabatan, dan cap dinas.
Pasangan Tuturan dalam Negosiasi
1. Mengucapkan
salam >< membalas salam.
2. Bertanya
>< menjawab atau tidak menjawab.
3. Meminta
tolong >< memenuhi atau menolak permintaan.
4. Meminta
>< menerima atau menolak permintaan.
5. Menawarkan
>< menerima atau menolak tawaran.
6. Mengusulkan
>< menerima atau menolak usulan.
Mengidentifikasi Kalimat Persuasif dalam Teks Negosiasi
1. Tuturan
Santun
Agar negosiasi dapat menghasilkan
kesepakatan yang menguntungkan, kedua belah pihak harus bersikap santun.
Kesantunan tersebut ditunjukkan melalui tuturan.
Contoh: “Tidak apa-apa, Bu. Kami hanya
ingin memperbaiki nasib dan hidup layak.”
2. Kalimat
Persuasif
Selain tuturan santun, wakil buruh
menggunakan tuturan persuasif. Tuturan persuasif merupakan tuturan yang digunakan
untuk membujuk. Tujuannya adalah agar lawan negosiasi bersedia mengikuti usulan
negosiator.
Contoh: “Tapi, diusahakan lebih, Bu. Kami akan bekerja
lebih keras lagi.”
No comments:
Post a Comment