Monday, August 14, 2023

Drama-Materi Bahasa Indonesia SMA-Kelas XI Genap

 Drama

Mengidentifikasi Alur Cerita, Babak Demi Babak, dan Konflik dalam Drama yang Dibaca atau Ditonton

Menurut etimologi, kata drama berasal dari bahasa Yunani dram yang berarti gerak. Dalam arti sempit drama adalah kisah hidup manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan ke atas panggung, disajikan tata rias, dan tata busana. Dalam arti luas, drama adalah sebuah bentuk tontonan yang mengandung cerita dan dipertunjukkan di depan banyak orang. Dalam arti luas drama mencakup teater tradisional dan teater modern, sedangkan dalam arti sempit drama hanya mengacu pada teater moderen.

Ada beberapa jenis drama. Pembagian jenis-jenis drama tersebut tergantung pada dasar yang digunakannya. Dasar yang digunakannya pun bermacam-macam. Dalam pembahasan berikut hanya digunakan tiga dasar, yaitu berdasarkan penyajian lakon, sarana, dan keberadaan naskah.

 

1.     Berdasarkan penyajian lakon, drama dibedakan menjadi delapan jenis sebagai berikut.

a.     Tragedi adalah drama yang ceritanya penuh dengan kesedihan.

b.     Komedi adalah drama yang ceritanya penuh kelucuan sehingga penonton tertawa.

c.  Tragikomedi adalah drama yang isi lakonnya penuh kesedihan, tetapi juga mengandung lakon-lakon menggembirakan dan menggelikan hati.

d.     Opera adalah drama yang dialognya dinyanyikan dan diiringi musik.

e.     Melodrama adalah drama yang dialognya diucapkan dengan iringan melodi musik.

f.      Farce adalah drama yang menyerupai dagelan, tetapi tidak sepenuhnya dagelan.

g.     Tablo adalah jenis drama yang mengutamakan gerak.

h.     Sendratari adalah gabungan antara seni drama dan seni tari.

 

2.     Berdasarkan sarana, drama dibedakan sebagai berikut.

a.     Drama panggung adalah drama yang dimainkan oleh para aktor di panggung pertunjukkan.

b.     Drama radio adalah drama yang tidak bisa dilihat dan diraba, tetapi hanya bisa didengarkan oleh penikmat dari radio.

c.   Drama televisi adalah drama yang bisa dilihat dan didengar, tetapi tidak bisa diraba dan hanya disiarkan di televisi.

d. Drama film adalah drama yang hampir sama dengan drama televisi. Bedanya film ditayangkan lewat layar bioskop.

e.     Drama wayang adalah drama yang para tokohnya digambarkan dengan wayang atau golek dan dimainkan oleh dalang.

f.   Drama boneka adalah drama yang hampir sama dengan drama wayang. Bedanya drama boneka digambarkan dengan boneka yang dimainkan oleh beberapa orang.

 

3.     Berdasarkan ada atau tidaknya naskah, drama dibedakan sebagai berikut.

a.     Drama tradisional adalah tontonan drama tradisional yang dipentaskan tanpa tuntutan naskah.

b.     Drama modern adalah drama yang dipentaskan berdasarkan naskah berisi dialog dan akting cara pemain yang benar-benar diterapkan.

Ciri-ciri teks drama sebagai berikut.

1.       Seluruh cerita drama berbentuk dialog, baik untuk tokoh maupun narrator.

2.       Dialog dalam teks drama tidak menggunakan tanda petik (“…”). Dialog salam teks drama bukan sebuah kalimat langsung. Oleh karena itu, naskah drama tidak menggunakan tanda petik.

3.       Naskah drama dilengkapi sebuah petunjuk tertentu yang harus dilakukan pada tokoh pemeran bersangkutan. Petunjuk tersebut ditulis dalam tanda kurung atau dapat juga menggunakan jenis huruf yang berbeda dengan jenis huruf pada dialog.

4.       Petunjuk dalam naskah drama terletak di atas dialog atau di samping kiri dan kanan dialog.

Memahami Struktur Drama yang Dibaca atau Ditonton

Teks drama tersusun atas bagian-bagian yang sistematis. Bagian-bagian tersebut disebut struktur teks drama. Struktur teks drama sebagai berikut.

1.     Prolog

Prolog merupakan kata pendahuluan dalam lakon drama. Prolog berperan menyiapkan pikiran penonton agar dapat mengikuti lakon cerita yang akan disajikan. Prolog sering berisi sinopsis lakon, perkenalan tokoh-tokoh, serta berbagai konflik yang akan terjadi di panggung.

2.     Dialog

Dialog merupakan percakapan para pemain. Dialog memiliki peran penting. Artinya, alur cerita drama diketahui oleh penonton lewat pemainnya. Dialog terdiri atas tiga bagian sebagai berikut.

a.     Orientasi

Orientasi merupakan tahap perkenalan atau pelukisan awal cerita. Orientasi menentukan aksi dalam waktu dan tempat, memperkenalkan para tokoh, menyatakan konflik yang akan dikembangkan dalam bagian utama cerita, dan kadang-kadang berisi bayangan resolusi yang akan dibuat dalam cerita tersebut.

b.     Konflik atau Komplikasi

Konflik atau komplikasi merupakan bagian tengah cerita. Bagian ini memaparkan tahap para pemain drama sudah terlibat dalam persoalan pokok. Dalam bagian ini sudah ada insiden atau kejadian. Insiden inilah yang memulai plot drama sebenarnya. Insiden ini menjadi konflik dasar sebuah drama. Insiden ini berkembang dan menimbulkan konflik-konflik yang semakin banyak dan rumit.

c.     Resolusi atau Denouement

Resolusi atau denouement merupakan tahap suatu konflik mereda atau menurun. Tokoh-tokoh yang memanaskan situasi atau meruncingkan konflik telah mati atau menemukan jalan pemecahan. Dalam tahap ini, konflik sudah tidak ada lagi.

3.     Epilog

Epilog merupakan kata penutup yang mengakhiri pementasan. Epilog sering berisi kesimpulan atau ajaran yang diambil dari tontonan drama.

 

Mengidentifikasikan Unsur-Unsur Drama

Drama merupakan salah satu bentuk karya sastra berbentuk dialog. Drama memiliki unsur-unsur intrinsik. Unsur-unsur intrinsik drama sebagai berikut.

1.     Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah individu atau seseorang yang menjadi pelaku cerita. Tokoh dalam drama berkaitan dengan nama, usia, jenis kelamin, tipe fisik, jabatan, dan keadaan kejiwaan. Sementara itu, perwatakan disebut juga penokohan. Penokohan atau perwatakan adalah penggambaran sifat batin seorang tokoh yang disajikan dalam cerita. Perwatakan tokoh-tokoh dalam drama digambarkan melalui dialog, ekspresi, atau tingkah laku sang tokoh.

Watak para tokoh digambarkan dalam tiga dimensi (watak dimensional) sebagai berikut.

a.     Keadaan Fisik

Keadaan fisik tokoh meliputi umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, cacat jasmani, ciri khas yang menonjol, suku, bangsa, raut muka, kesukaan, tinggi/pendek, kurus/gemuk, atau suka senyum/cemberut.

b.     Keadaan Psikis

Keadaan psikis tokoh meliputi watak, kegemaran, mental, standar moral, temperamen, ambisi, psikologis yang dialami, dan keadaan emosi.

c.     Keadaan Sosiologis

Keadaan sosiologis tokoh meliputi jabatan, pekerjaan, kelas sosial, ras, agama, dan ideologi.

Tokoh-tokoh dalam drama diklasifikasikan sebagai berikut.

a.   Tokoh gagal atau tokoh badut. Tokoh ini mempunyai pendirian yang bertentangan dengan tokoh lain. Kehadiran tokoh ini berfungsi untuk menegaskan tokoh lainnya.

b.   Tokoh idaman. Tokoh ini berperan sebagai pahlawan dengan karakternya yang gagah, berkeadilan, atau terpuji.

c.   Tokoh statis. Tokoh ini memiliki peran yang tetap sama, tanpa perubahan, dari awal hingga akhir cerita.

d.   Tokoh yang berkembang. Tokoh ini memiliki peran berubah karakter, misalnya dari orang berkarakter setia ke orang berkarakter pengkhianat.

2.     Tema

Tema merupakan gagasan pokok atau ide yang mendasari pembuatan sebuah drama. Tema yang biasa diangkat dalam drama adalah masalah percintaan, kritik sosial, kemiskinan, kesenjangan sosial, penindasan, ketuhanan, keluarga yang retak, patriotisme, perikemanusiaan, dan renungan hidup. Tema jarang dinyatakan secara tersirat. Tema akan dikembangkan melalui alur dramatik dalam plot. Umumnya tema dalam drama dapat ditemukan dalam dialog-dialog yang diucapkan tokoh.

3.     Setting atau Latar

Latar disebut juga setting atau tempat kejadian cerita. Latar dalam sebuah drama umumnya meliputi tiga dimensi.

a.     Latar Tempat

Latar tempat adalah tempat terjadinya cerita dalam drama. Latar tempat tidak dapat berdiri sendiri. Latar tempat berhubungan dengan latar ruang dan waktu.

b.     Latar Waktu

Latar waktu adalah waktu/zaman/periode sejarah terjadinya cerita dalam drama. Latar waktu dapat terjadi pada waktu pagi, siang, sore, atau malam.

c.     Latar Suasana

Latar suasana adalah suasana yang mendukung terjadinya cerita. Latar suasana dalam drama dapat didukung dengan tata suara atau tata lampu saat pementasan drama.

4.     Dialog (percakapan)

Ciri khas naskah drama berbentuk percakapan atau dialog. Dialog inilah yang akan diucapkan pemeran di atas panggung. Beberapa unsur yang berkaitan dengan dialog dalam naskah drama sebagai berikut.

a.     Dialog mencerminkan percakapan sehari-hari karena drama merupakan mimetik (tiruan) dari kehidupan sehari-hari.

b.     Ragam bahasa yang digunakan dalam dialog drama adalah bahasa lisan yang komunikatif dan bukan ragam bahasa tulis.

c.     Diksi (pilihan kata) yang digunakan dalam drama berhubungan dengan konflik dan plot.

d.   Dialog naskah drama bersifat estetis, artinya memikiki bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami.

e.   Dialog dapat mewakili watak tokoh yang dibawakan, baik secara psikologis, sosiologis, maupun fisiologis.

 

Dalam drama, percakapan atau dialog harus memenuhi dua tuntutan sebagai berikut.

a.   Dialog harus mampu menunjang gerak laku tokohnya. Dialog harus dipergunakan untuk mencerminkan peristiwa yang telah terjadi sebelum cerita itu, sesuatu yang telah terjadi di luar panggung selama cerita itu berlangsung, menggunakan pikiran, serta perasaan-perasaan para pemeran yang turut berperan di atas pentas.

b.   Dialog yang diucapkan di atas pentas lebih tajam dan tertib daripada ujian sehari-hari. Tidak ada kata yang harus terbuang begitu saja. Para tokoh harus berbicara jelas dan tepat sasaran. Dialog itu disampaikan secara wajar dan alamiah.

5.     Konflik

Konflik adalah pertentangan antarmasalah dalam drama. Konflik dibedakan menjadi dua, yaitu konflik internal dan konflik eksternal. Konflik internal adalah konflik yang terjadi antara tokoh dengan dirinya sendiri. Sementara itu, konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antaratokoh dengan sesuatu di luar dirinya. Konflik dalam drama dikembangkan dalam bentuk dialog, atau percakapan antartokoh.

6.     Alur cerita

Alur cerita adalah tahapan cerita dalam drama. Alur cerita dalam drama diurutkan sebagai berikut.

a.     Pengenalan di awal cerita (eksposisi)

Dalam tahap ini pembaca diperkenalkan tokoh-tokoh drama beserta perwatakan masing-masing. Pembaca mulai mendapatkan gambaran tentang lakon yang dibaca atau disaksikan pada tahap ini.

b.     Pertikaian awal atau komplikasi

Dalam tahap konflik ini permasalahan yang diceritakan dalam drama mulai muncul. Akan tetapi, masalah tersebut belum mencapai puncak atau klimaks.

c.     Klimaks atau titik puncak cerita

Klimaks dimulai dari konflik-konflik yang muncul. Konflik-konflik tersebut semakin merunyam dan mencapai puncak kegawatan.

d.     Peleraian

Dalam tahap ini konflik yang memuncak sudah mereda atau menurun. Tokoh-tokoh yang memanaskan situasi telah menemukan jalan keluar masalah yang dihadapi. Akan tetapi, drama belum berakhir pada tahap ini. Permasalahan yang mereda belum menemukan titik terang atau kejelasan.

e.     Penyelesaian konflik

Pada umumnya, drama-drama modern akan berhenti pada klimaks atau resolusi. Denouement atau keputusan akhir umumnya digunakan dalam drama-drama tradisional. Dalam tahap denouement ini terdapat ulasan penguat terhadap keseluruhan kisah lakon tersebut.

7.     Pesan atau amanat

Amanat merupakan pesan yang disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui karyanya. Pesan dalam drama dapat ditemukan melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam naskah drama. Amanat yang ditemukan oleh pembaca atau penonton drama dapat berbeda-beda, tergantung dari apresiasi penonton atau pembaca. Amanat bersifat kias, objektif, dan umum. Amanat dalam drama selalu berhubungan dengan tema drama. Amanat yang ditemukan dapat lebih dari satu.

 

Menampilkan Satu Tokoh dalam Drama

Tokoh merupakan individu atau seseorang yang menjadi pelaku cerita. Pelaku cerita atau pemain drama disebut aktor (pria) dan aktris (wanita). Tokoh dalam drama dikelompokkan sebagai berikut.

1.       Berdasarkan sifat

a.     Tokoh protagonis adalah tokoh utama yang mendukung cerita.

b.     Tokoh antagonis adalah tokoh penentang cerita dan menentang tokoh utama.

c.  Tokoh tritagonis adalah tokoh pembantu, baik pembantu untuk tokoh protagonist maupun tambahan dalam mata rantai cerita.

2.       Berdasarkan peranannya

a.  Tokoh sentral adalah tokoh-tokoh yang paling menentukan dalam drama. Tokoh sentral merupakan penyebab terjadinya konflik. Tokoh sentral meliputi tokoh protagonis dan tokoh antagonis.

b.   Tokoh utama adalah tokoh pendukung atau penentang tokoh sentral, dapat juga sebagai perantara tokoh sentral yang disebut dengan tritagonis.

c.   Tokoh pembantu adalah tokoh-tokoh yang memegang peran pelengkap atau tambahan dalam mata rangkai cerita. Kehadiran tokoh pembantu ini menurut kebutuhan cerita. Tidak semua drama menampilkan tokoh pembantu.

 

Menganalisi Isi Drama yang Dibaca atau Disimak

Isi drama dapat ditemukan pada tema drama itu sendiri. Tema merupakan gagasan pokok atau ide yang mendasari pembuatan sebuah drama. Pengarang merangkai isi cerita drama berpangkal dari tema. Tema drama merujuk pada sesuatu yang menjadi pokok persoalan yang ingin diungkapkan oleh penulis naskah. Tema disampaikan secara eksplisit. Tema dapat ditemukan dalam dialog-dialog yang diucapkan tokoh.

Berdasarkan keluasan, tema dikelompokkan sebagai berikut.

1.       Tema utama

Tema utama merupakan tema yang secara keseluruhan menjadi landasan atau dasar lakon drama.

2.       Tema tambahan

Tema tambahan merupakan tema-tema lain yang terdapat dalam drama. Tema tambahan tersebut dapat mendukung tema utama.

 

Menganalisi Kebahasaan dalam Drama yang dibaca atau Disimak

Drama dinikmati dengan cara dipentaskan. Ceritanya disampaikan dengan dialog antarpemain. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan untuk menuliskan percakapan dalam drama yaitu bahasa lisan. Jadi, percakapan dalam drama tidak perlu menggunakan bahasa baku. Bahasa dalam drama sebaiknya menggunakan bahasa lisan sehari-hari. Dengan demikian, percakapan dalam drama tidak kaku.

Teks drama memiliki ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut.

1.   Teks drama menggunakan kata ganti orang ketiga pada bagian prolog dan epilognya. Penggunaan ini dimaksudkan karena drama melibatkan banyak pelaku (tokoh). Kata ganti yang lazim digunakan adalah ia, dia, beliau, -nya, dan mereka.

2.     Teks drama menggunakan kata-kata sapaan dan kata ganti orang pertama serta kedua pada bagian dialognya. Kata ganti orang pertama yang sering digunakan adalah saya, aku, daku, -ku, ku-, kami, dan kita. Sementara itu, kata ganti orang kedua yang sering digunakan adalah engkau, kamu, Anda, dikau, kau, -mu, kalian, dan Anda sekalian.

3.   Teks drama menggunakan kosakata sehari-hari dan kadang-kadang tidak baku. Kosakata tersebut antara lain contohnya oh, ya, aduh, dong, dan sih.

4.     Teks drama kadang-kadang menggunakan kata seruan, perintah, dan pertanyaan.

5.  Teks drama menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis), misalnya sekarang, sesudah, sebelum, mula-mula, kemudian, dan setelah itu.

6.    Teks drama menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, misalnya meminta, menobatkan, menghilangkan, berlari, dan mendekat.

7.     Teks drama menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh, misalnya mendambakan, mengalami, mengharapkan, menginginkan, dan merasakan.

8. Teks drama menggunakan kata-kata sifat untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana, misalnya bagus, ramah, kecil, tampan, dan gagah.

 

Memahami Teknik dan Langkah-Langkah Pementasan Drama

Pementasan drama merupakan gabungan antara seni sastra dan seni pertunjukan. Drama pada awalnya ditulis dalam bentuk naskah atau teks. Naskah tersebut kemudian dijadikan sebuah pementasan.

Berikut unsur-unsur pementasan drama.

1.     Naskah

Naskah drama merupakan karya sastra yang terdiri atas unsur-unsur pembangun. Naskah drama mencakup cerita yang ditulis dalam bentuk dialog dan berisi lakon hidup tokoh-tokonya. Naskah drama memberikan gambaran pementasan yang akan dilakukan, seperti tema, amanat, tokoh-tokoh yang terlibat, dialog antar tokoh, jalan cerita yang dibangun, dan latar yang digunakan.

2.     Sutradara

Sutradara adalah orang yang berperan penting dan memiliki tanggung jawab paling besar dalam pementasan drama. Seorang sutradara bertugas memilih naskah yang layak untuk dipentaskan, memilih pemain yang sesuai dengan karakter tokoh dalam drama, menentukan tata panggung, tata rias, tata busana yang akan digunakan dalam pementasan. Tugas utama sutradara yang lainnya adalah mengarahkan seluruh jalan cerita, termasuk adegan yang dilakukan oleh pemain.

3.     Pemain

Pemain adalah orang yang memeragakan seluruh lakon dalam drama. Pemain menirukan seluruh cerita yang dialami tokoh dalam naskah drama. Banyaknya pemain dalam pementasan utama bergantung pada banyaknya tokoh. Namun, sutradara berhak menambah atau mengurangi jumlah pemain yang diperlukan.

4.     Tata panggung

Tata panggung adalah penataan panggung sebagai tempat berlangsungnya pementasan drama. Panggung adalah tempat untuk para pemain drama memeragakan cerita atas arahan sutradara. Tata panggung harus disesuaikan latar yang ditulis dalam naskah dan didukung dengan properti. Properti drama dapat berupa benda asli atau benda tiruan yang sengaja dibuat untuk pementasan.

5.     Tata rias

Tata rias adalah penataan riasan para pemain. Orang yang bertanggung jawab terhadap tata rias adalah penata rias. Tata rias mencakup riasan wajah para pemain agar sesuai dengan jalan cerita.

6.     Tata busana atau kostum

Tata busana adalah penataan kostum yang digunakan oleh para pemain. Tata busana mencakup baju dan perhiasan yang akan digunakan pemain selama pementasan. Tata busana harus mendukung cerita yang telah ditulis dalam naskah.

7.     Tata suara

Tata suara adalah penataan suara dan musik yang digunakan dalam pementasan drama. Orang yang bertanggung jawab terhadap tata suara adalah penata suara. Penata suara harus menentukan keras lembutnya suara para pemain dan musik yang mengiringi pementasan.

8.     Tata lampu

Tata lampu adalah pengaturan cahaya yang digunakan selama pementasan berlangsung. Penataan cahaya di atas panggung harus disesuaikan dengan cerita yang diperankan oleh tokoh.

9.     Penonton

Penonton termasuk unsur yang penting dalam suatu pementasan. Suatu pementasan tidak akan dapat berlangsung sempurna jika tidak ada penonton. Penonton biasanya menyesuaikan dengan cerita yang dimainkan dalam drama. Ada pementasan yang ditujukan untuk penonton semua usia atau hanya penonton usia tertentu.

Akting atau pemeran sangat penting dalam pemain peran. Pemeran tokoh drama harus bisa menggambarkan watak tokoh yang dibawakan. Ekspresi, gerak-gerik, dan gaya bicara seorang pemeran harus benar-benar mencerminkan watak tokoh yang diperankan. Oleh karena itu, sebelum memerankan tokoh drama diperlukan persiapan-persiapan sebagai berikut.

a.     Pemahaman terhadap keseluruhan isi naskah melalui dialog antartokoh dan petunjuk lakuan.

b.   Pemahaman terhadap setiap dialog yang diucapkan dan lawan dialog yang diperankan tokoh lain.

c.     Pemahaman dan penghayatan terhadap karakter tokoh yang diperankan.

d.   Pengungkapan ekspresi sebagai bentuk perwakilan dari pesan yang ingin disampaikan kepada penonton.

e.  Penyampaian dialog jelas sehingga penonton dapat menangkap maksud yang disampaikan. Kemampuan ini berkaitan dengan artikulasi, intonasi, dan volume suara.

f.      Pemahaman teknik panggung.

g. Keenam unsur tersebut tidak dapat diperankan dengan baik jika seorang pemeran tidak melakukan persiapan-persiapan.

Berikut ini persiapan-persiapan yang dilakukan oleh pemeran drama.

1.       Pemeran drama harus mempersiapkan mental dan fisik.

2.       Pemeran drama harus berlatih dasar teknik bermain peran.

3.       Pemeran drama harus menghafalkan penokohan pemain yang akan diperankan.

4.  Pemeran drama harus berlatih bermain peran, misalnya latihan percakapan dengan membaca naskah dan latihan penguasaan panggung.

Percakapan dalam drama menjadi bagian penting dalam pementasan drama. Dari percakapan tersebut akan tecermin watak tokoh, jalan cerita, serta ungkapan perasaan para tokoh. Ada ungkapan perasaan sedih, gembira, kecewa, marah, ataupun benci. Dari percakapan tokoh itu pula kita bisa mengungkapkan perasaan kita saat menonton pementasan tersebut. Kita dapat mengungkapkan perasaan senang atau tidak senang karena pementasan atau karena akting para pemain.

Memerankan dengan baik tokoh drama harus dilandasi interpretasi dan penjiwaan. Interpretasi adalah penghayatan terhadap naskah drama. Kegiatan interpretasi berusaha menafsirkan petunjuk yang dikehendaki oleh penulis naskah drama. Dengan dasar ini, menginterpretasi naskah drama berarti ingin mengetahui pikiran, perasaan, dan ide-ide penulis yang diekspresikan melalui tulisannya.

Penjiwaan merupakan kemampuan pelaku dalam mewujudkan secara nyata, ide, gagasan, dan pikiran penulis dalam gerak dan lakon yang tepat. Penjiwaan memberikan kesan tertentu pada bagian-bagian kalimat yang dilakonkan.

 

Pemeran atau pemain drama sebaiknya melakukan latihan dasar berikut.

1.       Kesadaran indra

Pemain harus melatih kesadaran indra, yaitu melatih ketajaman indra sehingga pemain dapat memerankan perannya dengan penuh penghayatan. Sebagai contoh, untuk melatih ketajaman indra pendengaran, pemain drama harus mendengarkan suara paling lemah di tengah-tengah suara keras. Calon pemain diminta memejamkan mata dan berkonsentrasi mendengarkan suara lemah itu.

2.       Improvisasi

Seorang pemain drama harus bisa berimprovisasi agar tanggap terhadap rangsangan spontanitas yang ada dalam sebuah pementasan drama. Akan tetapi, spontanitas itu harus sesuai dengan tuntutan seluruh sajian pementasan dan dapat dipertanggungjawabkan. Melalui improvisasi, diusahakan tercipta akting yang wajar dan tidak dibuat-buat.

3.       Pernapasan

Melalui latihan pernapasan teratur, ketegangan dapat dihindari sehingga akting yang wajar dapat dicapai.

4.       Suara dan cakapan

Suara dan cakapan merupakan dua unsur pokok yang menentukan suksesnya pementasan. Oleh karena itu, vocal harus menarik dan jelas sehingga dapat menarik dan memikat penonton.

5.       Tubuh dan gerakan

Melalui tubuh dan gerakan, seorang pemain drama dapat menggambarkan karakter atau watak tokoh yang diperankan, misalnya penggelisah, pemarah, dan tidak sabar. Setelah itu, suatu gerakan tertentu dapat menunjukkan kegembiraan, kejengkelan, atau kejemuan. Supaya tubuh dan gerakan pemain bermakna atau memikat, diperlukan adanya irama. Oleh karena itu, irama yang digunakan perlu disiapkan terlebih dahulu.

 

 

No comments:

Post a Comment

Teks Argumentasi-Materi Bahasa Indonesia SMA-Kelas XI Ganjil

   Teks Argumentasi Pengertian Teks Argumentasi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), argumentasi merupakan alasan untuk memperkuat ata...